Drama Hari Ini

Masih ingat cerita ini http://turkiyeandmylife.blogspot.com/2018/02/menawar-harga-rok.html ?

Nah si ibu di cerita itu datang barusan, kali ini dengan suaminya. "Kamu masih ingat saya?" tanya si ibu ketika masuk ke toko. "Saya membeli rok di sini," tambahnya.

"Ya, saya ingat," jawab saya sambil mengingat kejadian di link tersebut.

Supaya ga lupa dengan kejadian itu. Makanya saya tulis di blog dan status facebook waktu itu, supaya akan terus diingatkan oleh tim fb.

"Kamu waktu itu ngecilin ke ukuran berapa roknya?" tanya si ibu.
"Dikecilkan satu ukuran," jawab saya.
"Kamu waktu itu ngasih ukuran 60," ucapnya.
"Rok itu ga ada ukuran 60," jawab saya.

Lagian waktu itu rok cuman satu lagi, ukuran 50. Ibu itu membelinya.
Mau dikecilkan di penjahit pake drama segala (Baca link-nya).

"Roknya ada di rumah. belum pernah dipakai bla bla bla," kata si ibu.

Intinya dia ingin menukarkan rok tersebut.
Astaghfirullah. Cobaan apalagi ini.
Rok dibeli bulan Februari, terus ingin ditukar sekarang bulan Desember.

Saya ingat si ibu beli rok warna hitam. Tapi saat itu saya lupa model yang mana. Pastinya ga ada ukuran 60. Rok ukuran 60 warna hitam hanya ada satu model dan itu pun dibeli oleh turis Finlandia. Jadi saya yakin kalo saya ga ngasih ukuran 60 ke si ibu.

Setelah si ibu pergi, saya langsung cari ceritanya di blog karena waktu itu saya menulisnya. Setelah diketahui tanggal blog, saya langsung cari di kartu stok rok mana yang terjual hari itu (saat itu saya belum rajin nulis penjualan, tapi kartu stok udah dicatat). Dan match hari itu saya menjual ukuran 50 ke si ibu. Lagian saat itu rok tersebut hanya ada satu lagi.

Ya Allah lindungi hambamu ini dari godaan setan yang terkutuk, aamiin.


Merhaba

"Merhaba! (Halo)" sapa anak kecil (cewe) ketika melewati saya sambil main scooter.

Saat itu, saya sedang menyapu dedaunan yang berserakan di depan toko.

Ternyata anak kecil ini, anaknya salah satu pegawe cowo di toko (sepatu) sebelah. Si anak ngomong ke bapaknya entah apa, kemudian si anak balik ke saya nanya-nanya.

Terjadilah percakapan seperti ini:
A: Nama kamu siapa?
S: Dian. Nama kamu?
A: Eylul.
     Kamu asalnya darimana?
S: Indonesia.
A: wahhhh. (ga tau ini tau Indonesia atau tidak :D )
S: Rumah kamu di mana?
A: Sekitar sejam dari sini. Kalau rumah kamu?
S: Deket sini.
A: Kamu susah ga beradaptasi dengan makanan di sini.
S: Engga kok. Enak aja :D
    Di sana juga ada makanan yang sama kayak di sini.
A: Iya ya makanan sama aja. Cuma namanya yang beda.

Kayaknya wawancara tahap ini udah beres. Si anak mau say bye malah bilang merhaba lagi, hehe.

"Aduh, saya jadi gerogi mau ngomong apa," kata si anak lebay :D

"Bye bye. Nanti saya ke sini lagi," ucap si anak sambil pergi menjauh dengan scooter.



Customer Aneh

Beberapa tahun lalu, saya membantu suami di toko setiap hari Jumat dan menjelang lebaran. Saat itu kalo ga salah menjelang lebaran. Ada seorang ibu datang ingin menukarkan blus yang dibelinya. Dia perlihatkan blusnya pada saya. Melihat merek blusnya, kami menjual merek tersebut. Tapi kami tidak menjual model blus tersebut.

"Merek ini ada di sini tapi model blus ini kami ga jual. Ibu beli di mana?" tanya saya.
"Saya beli di Konaklı (nama daerah di Alanya)," jawab si ibu.

Saya jadi mikir kalau ibu ini membeli di toko cabang kami yang di Konaklı. Sejak 2006 hingga minggu lalu, bapak mertua membuka cabang di Konaklı. Meskipun begitu, pembukuan kami berbeda bahkan banyak juga baju yang dijual berbeda merek. Meskipun sama merek, modelnya kadang berbeda. Dan kami punya peraturan bahwa barang yang dibeli di Konaklı tidak bisa ditukar di Alanya, begitu juga sebaliknya.

Saya tanya pada si ibu apakah ibu membelinya di cabang kami yang di Konaklı? Jika Ya, ibu harus menukarnya di sana. Jawaban yang saya dapat cukup mengagetkan. Ternyata si ibu tidak membeli di cabang Konaklı, tapi si ibu membeli di toko lain.

"Ini kan mereknya sama ada di sini, kok ga bisa ditukar?" tanya si ibu.

Aduhhh gustiii... aya aya wae nya customer di dieu teh.

"Kalau begitu, ibu harus menukar ke toko yang sama waktu membeli," jawab saya kesal :(



Ingin Menukar Jaket

Tadi setelah duhur, ada ibu (muda) Turki yang datang ke toko dengan maksud menukarkan jaket yang dibelinya. Ketika masuk, dia kaget melihat saya. Karena waktu dia beli jaket di sini, suami saya yang melayani. Dia tunjukkan jaketnya. Sekarang saya yang kaget, karena jaket itu sudah sangat lama terjual. Suami saya aja udah lupa kapan menjualnya. Si customer ini bilang kalo dia belinya beberapa minggu lalu. Tapi di buku penjualan saya tidak ada tuh catatan jaket ini beberapa minggu lalu.

Sejak hari pertama Ramadan tahun ini, saya rajin mencatat penjualan. Jika suami saya yang bagian jaga toko, dia akan bilang telah menjual apa saja dan saya catat. Kalo dia lupa, saya kosongkan hari itu. Nantinya saya periksa stock, apa yang tidak ada, berarti terjual hari itu.

Nah, saya lihat di catatan, ada yang kosong tgl 24 juni (Minggu) dan 5 agustus (sabtu setelah saya pulang). Jadi kemungkinan di dua hari itu atau malah sebelum puasa.

Dia juga bilang bahwa dia sudah lupa dengan jaket ini. Katanya begini, Sewaktu dia memilah baju musim panas dan musim dingin, dia menemukan jaket ini. Terus dia mencobanya, ternyata kekecilan. Saat beli waktu itu, dia tidak mencobanya karena terburu-buru. Waktu itu sudah petang, waktunya makan malam katanya.

Jika ia tidak sempat mencoba di toko, seharusnya ketika datang ke rumah ia langsung mencobanya. Jika kekecilan atau kebesaran, bisa ditukar keesokan harinya. Misalnya seminggu atau dua minggu masih bisa kami ambil dan ditukar dengan yang lain. Atau setidaknya menelpon untuk memberitahukan, nomor telepon tertera di kantong. Saya utarakan seperti itu tadi padanya. Dan dia bertutur bahwa dia lupa dan tidak kepikiran.

Tapi sayang, ini sudah berbulan-bulan. Jaketnya pun sudah kusut. Meskipun belum pernah dipakai dan price tag masih melekat, tapi kalau sudah berbulan-bulan, tetap saja kami tidak bisa menerimanya.

Sewaktu dia datang dan mengutarakan niatnya, saya langsung menelpon suami dan memintanya untuk bicara langsung dengan suami saya.

Dia tidak menerima keputusan kami. Dia pergi dari toko sambil ngedumel. Sebelum keluar dia sempat bersumpah bahwa dia tidak akan pernah kembali ke toko kami dan lewat depan toko pun tidak sudi.

Dalam hati saya, "Terima kasih sudah bersumpah seperti itu. Ngapain punya customer seperti kamu, merugikan."

Sakit Kepala

Semalam, saya menghadiri pesta pernikahan sepupunya suami. Pestanya full musik dan joged joged. Biasanya saya tidak suka menghadiri pesta pernikahan di sini, baik itu ada musik atau pun tidak. Kecuali pesta pernikahan keluarga dekat. Dan semalam adalah salah satu yang kecuali ini, pesta pernikahan anak kakaknya bapa mertua. Ya, saya harus hadir, dan duduk bersama dengan pemilik pesta yaitu paman dan keluarga.

Kursi untuk pemilik pesta terletak di bagian depan. Tepat di depan orang-orang yang berjoged dan otomatis sangat dekat dengan speaker. Hingga pertengahan pesta, saya masih bisa bertahan duduk di sana. Saya melihat hebohnya pengantin dan para undangan berjoged mengikuti irama. Namun, hampir di akhir pesta, kepala saya sakit. Bagian belakang kepala saya terasa berat. Saya bilang pada suami bahwa saya sudah tidak kuat berada di sana. Kepala saya sangat sakit. Suami pun mengajak saya keluar gedung.

Kami diam di luar. Saya memijit kepala sendiri. Kemudian suami meminta kunci mobil ayahnya, agar saya bisa beristirahat di sana. Di dalam mobil, saya tidur di pangkuan suami dan kepala saya dipijatnya. Lumayan, kepala saya agak ringan.

Hampir tengah malam, pesta berakhir, kami pun pulang. Kejadian malam itu, menjadi bukti mengapa saya tidak suka menghadiri pesta pernikahan yang full musik. Pesta yang begitu membuat saya sakit kepala. Jadi pelajaran untuk tidak mengajak saya lagi ke pesta seperti itu.

[Terjemahan] Milli Mücadele'de Kınalı Eller




Judul: Milli Mücadele'de Kınalı Eller
Karya: Osman Alagöz
Penerbit: Kaynak Yayınları
Tahun terbit: Februari 2014, Cetakan ke-15


Sayfa 11
İş Başa Düştüğü Zaman

1877'nin Kasımıydı.
Erzurum dağlarını beyaz bir kefen gibi bürümüştü karlar. Kışın soğukluğuna inat, Osmanlı-Rus Savaşı bütün yakıcılıgıyla ve yürekleri dağlayan acısıyla devam ediyordu.

Eli silah tutan Erzurumlu, bir taraftan cephede düşmanla mücadele ediuor bir taraftan da soğuğa karşı direnmeye çalışıyordu.

Kadınlar, cepheye gönderdikleri yiğitleri için dualar ediyordu. Duanın ruhu okşayan ikliminde ölüm, sonsuzluğa kanat çırpmak demekti o yiğitler için.

Cepheye gönderdiği yiğidi için, titreyen kalbinin hassasiyetiyle ümide adanmış dualar eden yeni bir gelin vardı. Daha yirmisindeydi, adı Nene Hatun. Hayata dair ümitleri vardı. Huzurun gölgesinde en has sevgilere bir gelecek hayal ediyordu, ama şimdi savaşın soğukluğu düşmüştü titreyen kalbine ve hayallerinin üstüne.

Üç gün önce cepheden yaralı olarak getirilen ağabeyini kaybetmişti Nene gelin.

Göğsünden aldığı yarayla aşırı kan kaybeden ağabeyi Hasan, önden gidenlerin kervanına katılmış, dinin ve milletin selameti için gözünü kırpmadan ölüme koşanların saflarında o da yerini almıştı.




Halaman 11
Ketika Harus Berjuang

Bulan November 1877.
Salju memutih di pegunungan di Erzurum, seperti ditutupi kain kafan. Tidak mempedulikan dinginnya musim dingin, perang Ottoman-Rusia terus berlanjut.

50 orang bersenjata dari Erzurum, di satu sisi berperang melawan musuh, di sisi lain berusaha melawan rasa dingin.

Para wanita, berdoa untuk para pejuang yang sedang berjuang di medan perang.
Bagi para pejuang, semagat doa yang membelai tersebut bagai mengepakkan sayap menuju keabadian.

Di antara para pejuang itu, ada juga pengantin baru yang mendedikasikan dirinya sepenuh hati. Namanya Nene Hatun, baru berumur 20 tahun. Ia memiliki harapan dalam hidupnya. Ia memimpikan masa depan dengan cinta terbaik dalam bayang-bayang perdamaian, tetapi sekarang hatinya yang bergetar dan mimpi-mimpinya telah jatuh ke dinginnya medan perang.

Tiga hari yang lalu, Nene Hatun kehilangan kakak lelakinya yang terluka di medan perang.

Kakak lelakinya, Hasan, yang kehilangan banyak darah karena luka di dadanya, bergabung dengan kafilah pertama, di barisan orang-orang yang tanpa berkedip berlari menuju "kematian" demi keselamatan agama dan bangsa.


[Terjemahan] Dürtü



Judul Novel: Dürtü (Töre Cinayetin Gerçek Hikayesi)
Karya: Abdurrahim Küçük
Penerbit: Yenda
Tahun terbit: Desember 2006


Sayfa 5
Zaide, adliye binasının üçüncü katında, etrafındaki kalabalıktan habersiz,merdiven çıkışının hemen sağında bir köşede oturuyordu. Yalnızlığı, kalabalık şehirlerde yaşayan insanların onca kalabalığın içinde yaşadıkları yalnızlıkların, kendi içlerinde nasıl da uzlette oldukların silueti gibiydi. Dikine bir tüneli andıran merdivenin dışını çeviren duvarın birazcık kuzey doğusuna kalan kısmında, kuytu bir köşede bulunan kırık bir iskemleye ilişen Zaide, ara sıra etrafındaki insanları süzüyor, bir müddet sonra çökük omuzları arasındaki başını göğsüne yapıştırırcasına öne eğerek ayaklarına bakıyor, bazen de gözlerini bir boşluğa odaklıyor, dakikalarca orada kalakalıyordu. Hal-i melal-i, iğreti oturduğu iskemlesinde, kulaklarını bir sese kenetlemiş, kaçacakmış gibi duran ürkek bir tavşan andırıyordu. Her halinden, yanlış adreste olduğunu anımsatan bir davranış içinde olduğu seziliyordu.

Adliye, alt katı önden ve arkadan demir parmaklıklarla çevrilmiş, üst katların cam kenarları mavi boyayla boyanmış, duvarları ise arasında mavi beneklerin bulunuşuyla, yeni inşa edilmiş bir ev görünümündeydi. Önünde bekleyen polisler ven insanların yoğun giriş çıkışları, bir de giriş kapısındaki "...... Adliyesi" yazılı tabela olmasa, normal bir evden ayırt etmek kolay değildi. Dört kat olarak yapılmış olan binanın dış boyasının yeni olması da, ev görünümü gerçeğini bir kez daha da pekiştiriyordu.


Halaman 5

Zaide, sedang berada di gedung pengadilan lantai 3. Tanpa mempedulikan keramaian di sekitarnya, ia duduk di pojokan dekat tangga. Kesepian itu seperti siluet orang-orang di kota-kota yang padat penduduknya. Zaide, duduk di sebuah kursi rusak di pojokan itu. Beberapa menit ia diam di sana. Sesekali, ia menunduk, merapatkan dagunya ke dadanya dan menatap kakinya. Terkadang ia memfokuskan matanya pada tempat kosong. Dari tempat duduknya, telinganya mendengar suara, ia seperti seekor kelinci pemalu yang akan melarikan diri. Dalam hal apapun, ia dianggap berada dalam perilaku yang mengingatkan pada alamat yang salah.

Gedung pengadilan ini seperti sebuah rumah yang baru dibangun, dengan lantai bawah bagian depan dan belakang dikelilingi pagar besi, tepi kaca dari lantai atas dicat dengan warna biru, sedangkan di antara dindingnya diberi desain dengan bintik-bintik biru. Jika saja di depan tidak terdapat polisi-polisi yang menjaga dan tidak banyak orang yang keluar masuk, juga jika di pintunya tidak terdapat plang bertuliskan "Pengadilan .......", gedung ini susah dibedakan dari sebuah rumah. Meskipun gedung berlantai empat ini eksteriornya dicat baru, sekali lagi hal ini memperkuat penampilannya sebagai sebuah rumah.


---------------------------------------------------

Arka kapak

"Memnune:
Kocası Süleyman'ın ölümümün üzerinden kısa bir süre geçtikten sonra, töre gereği kayını Beşiroyla evlendirildi...

Koca evine gelinlikle giden ancak gelinlikle çıkardı. Ancak ikinci gelinliğin birincisinden farkı duvaksız olmasıydı...

Beşiro, abisinden kalma iki yeğenine babalık, onun eşinede kocalık edecekti. Töre böyledi. Böyle gelmiş böyle gidecekti..."


Cover belakang

"Memnune:
tidak lama setelah kematian suaminya Süleyman, menurut tradisi, ia dinikahkan dengan adik iparnya Beşiro...

Datang ke rumah suami memakai gaun (putih) pengantin, ketika pergi (untuk selamanya) pun memakai gaun putih. Gaun putih yang kedua adalah kain kafan.

Beşiro, harus menjadi suami dari istri dan bapak dari dua anak yang ditinggalkan oleh kakaknya. Beginilah tradisi. Telah terbentuk seperti ini, dan seperti ini akan terus berlangsung..."









Rentenir

Di keramaian pasar Jumat, ada seorang bapak tua yang menarik perhatian saya. Ia berpakaian necis, bertopi dan tangan kanannya memegang tasbih. Kala itu, saya sedang nongkrong di lapak si teteh.
"Teh, bapak itu siapa sih?" tanya saya sambil mengarahkan mata ke lelaki tua berpakaian necis.
"Oh, saya tahu bapak itu," jawab si teteh. "Orang itu rentenir. Dan lelaki muda yang di belakangnya itu adalah bodyguardnya," tambah si teteh menjelaskan.
"Wah, rentenir ya. Penampilannya udah kayak karakter rentenir di film-film Turki," ucap saya sambil tertawa. Kami pun tertawa bersama.

Tak lama dari itu, bapak itu menghampiri kami. Tiba-tiba si bapak ada di samping saya. Otomatis saya merasa kaget, tapi saya bisa mengontrol rasa kagetnya.

"Si neng ini ngetawain saya," ucap si bapak pada si teteh.
"Ya, dia mah ga ngetawain. Dia bilang kalau bapak gayanya kayak di film-film Turki jaman dulu," ucap si teteh melindungi saya.
"Kamu kenal di mana sama si neng?" tanya si bapak.
"Eh, ini kan yang punya toko ini," jawab si teteh sambil menunjuk toko saya. "Si neng ini menantunya bapak V," tambah si teteh.
"Saya tahu toko ini, yang punya kan orang dari daerah G," ucap si bapak.
"Iya, saya menantunya," ucap saya.
"Oh, kalo gitu mah, saya kenal semua keluarga kamu," ucap si bapak pada saya.

Alanya ini kota kecil. Ketika kita bertemu orang yang tidak dikenal, terus kita bertanya dia dari keluarga mana, bisa jadi ada ikatan keluarga :D

Hal ini sering terjadi di toko saya. Datang customer yang tidak dikenal. Suami saya membuka percakapan dengan bertanya "kamu asalnya dari mana?" dijawab dari daerah A. Pertanyaan berlanjut, "Kenal sama si anu?" Ternyata masih sodara meskipun jauh hehe.


Kamu Anak Saya

Datang seorang kakek ke toko saya. Beliau ingin membeli pakaian untuknya.
"Di sini hanya ada pakaian perempuan," ucap saya.
"Kamu orang mana?" tanya si kakek penasaran.
"Indonesia," jawab saya.
"Waktu di Mekah, saya banyak ketemu orang Indonesia. Mereka orangnya baik-baik," kata si kakek menjelaskan. "Kamu anak saya," tambahnya sambil menepuk pundak saya.
"Terima kasih," ucap saya sambil tersenyum.

Salam Buat Nenek

Semalam pulang dari toko setelah turun dari bus dan sedang berjalan kaki menuju rumah, ada seorang bapak bilang begini, "Salam buat nenek". Saya mendengarnya tapi tidak saya gubris karena saya pikir si bapak itu bicara pada orang lain. Lagian saya ga punya nenek di sini.

Terus perkataan itu diulanginya dan dia tujukan pada saya karena di sana tidak ada siapa-siapa selain si bapak dan saya.
"Neng, salam buat nenek ya," ucap si bapak pada saya.
Saya pun menengok, "Waalaikumsalam," ucap saya.

Sepertinya si bapak ini menyangka kalau saya adalah anak saya, makanya dia bilang "salam buat nenek" :D

Aneh


Kemaren ada ibu Turki datang ke toko. Beliau mencoba baju yang disukainya. Ga jadi beli sih tapi kami ngobrol seru. Kemudian beliau pamit pergi. Tak lama beliau datang lagi menanyakan apakah payungnya ketinggalan di sini. Kami mencari payung itu bersama di dalam toko, tapi tak ada jejak payung sedikit pun. Saya pun lupa apakah beliau datang ke sini membawa payung atau tidak.
Pagi ini, waktu saya beres-beres toko juga tidak melihat adanya payung. Ketika saya duduk di meja pojok dan melihat ke arah rak, ada payung tergantung rapi di sana. Ini payung siapa?
Saya telpon suami untuk menanyakan apakah semalam setelah saya pergi ada customer yang datang? Jawabnya tidak ada.
Berarti payung ini milik ibu yang kemaren. Tapi kenapa kemaren waktu dicari, payung ini tidak menampakan diri di sana?

[Jual e-book] Aktivitas Seru Ramadan

Ramadan sebentar lagi... Kita sambut Ramadan dengan suka cita :) Ini lo ada ebook aktivitas yang seru untuk Ramadan. *** Aktivitas Seru Rama...