Hadiah dari Turis Pakistan

Present from Pakistani (living in UK) tourist. They came to my shop to buy abaya for their daughter. Daughter tried a model of abaya with beige color. Too bad that no fit size for her. They feel sorry because cant buy anything from my shop. Before leaving my shop, the father gave me a box of dates. 
"This is for you," he said.
"No, thank you," I said.
"You must take this. This is gift for you," he said.
"Thank you," I said.
"I must give you something," he added.




Kamu Bilang Mahal, Saya Cuekin


Menjelang asar, datang ibu dan anak cewe ke toko saya. Mereka turis Palestina yang tinggal di Jerman. Mereka melihat-lihat longdress dan menanyakan harga longdress jeans. Ketika saya kasih tahu harganya, sepertinya dia merasa kemahalan. Tapi, si ibu tidak bilang mahal, melainkan "Bisa ga harganya sedikit diturunkan".
"Kamu coba dulu, nanti saya kasih diskon," ucap saya.
Bersamaan dengan ini, datang cewe Turki dan menanyakan harga longdress yang sama. Saya kasih tahu harganya sama seperti yang saya kasih pada turis. Reaksinya langsung bilang "Mahal ya".
"Ya sudah kalau mahal," gumam saya dalam hati.
Ntah, si cewe ini mau ngomong apa lagi, saya udah fokus melayani turis. Kamu sih bilang mahal, jadinya saya cuekin. Tak lama, dia ngeloyor keluar.
Ketika si ibu turis mau mencobanya, ia melihat longdress lain. Ia pun berubah pikiran, jadi mencoba longdress yang ini. Harganya lebih murah dari yang jeans.
Setelah dicoba, kami tawar menawar cukup alot. Tapi alhamdulillah mencapai kata sepakat dan jadi membelinya 

Jangan Beli Di Sini!

Senin, 18 Maret 2019
Datang seorang ibu (Turki) ke toko saya bertujuan mencari tunik. Badannya agak big size. Dia melihat-lihat dan setiap tunik yang ditanya kecil ukurannya. Saya tunjukkan tunik yang ukuran dia, tapi dia malah menghina tunik tersebut, "Apa itu, jelek."
Padahal yang dia sebut jelek itu, sangat disukai oleh para turis dan sebagian local customer. Seharusnya dia ga usah bilang jelek, bilang saja, "that is not my style".
"Ukuran gede ga ada yang lain," ucap saya sambil tetap memeriksa produk yang baru datang.
Saya udah yakin kalau dia ga akan beli, jadi saya nyantai aja ngontrol produk yang baru datang.
Kemudian dia menemukan tunik yang (mungkin) disukainya. Dia ambil dan mencobanya di fitting room.
Ketika dia sedang mencoba, datang repeat customer saya yang juga kerabat. Bulan lalu si kerabat ini datang ke sini dan menanyakan longdress untuk resepsi. Saya bilang mungkin model baru akan datang maret akhir atau april. Nah, ia datang dech hari ini. Tapi sayang model baru belum datang. Ia sedikit kecewa karena resepsinya akhir minggu ini. Ia keukeuh pengen membeli di toko saya, tapi apa boleh buat, model yang ada sepertinya ga ada yang cocok.
Ia menyukai salah satu model yang ada, tapi menurut saya model itu kurang cocok untuk dipakai oleh ibu mertua. Saya tunjukkan model yang mungkin cocok untuk ibu mertua dan sepertinya ia suka. Saya menurunkannya dan dilihatnya dari dekat. "Nanti saya datang lagi sama menantu saya," katanya.
Ibu yang mencoba tunik keluar. Dimulailah komentar yang bikin baper.
"Jangan beli di sini. Ga ada yang cocok untuk ibu mertua di sini," ucapnya menggebu "Belinya di sana, tuh," tambahnya menunjukkan sebuah toko di luar.
Siapa yang ga baper coba mendengar perkataan seperti itu. Tapi saya berusaha untuk tetap cool. Istighfar aja dalam hati.
Memang, sekarang ini di toko saya belum datang model baru. Ga ada yang cocok untuk ibu mertua. Tapi, apakah pantas si ibu itu ngomong begitu ke customer saya di hadapan saya?
Saya juga udah menyarankan kok ke kerabat saya itu untuk melihat ke toko lain dan memang ia juga akan melihat-lihat ke toko lain.
Saya yakin rezeki tidak akan tertukar. Kalau memang Allah tidak menitipkan rezeki saya pada kerabat saya ini, ia akan belanja di toko lain. Tapi, jika Allah sudah menitipkan rezeki saya padanya, ia pasti akan kembali. Kenapa ia keukeuh pengen belanja di sini? Karena kami kerabat, ia bisa kasbon dulu, nanti bayarnya kalau sudah gajian.
Setelah kerabat saya pergi, si ibu ngomong gini, "Aduh maaf ya bikin customer kamu pergi."
Saya ga peduli dengan permintaan maafnya, tapi saya sudah tahu karakternya. Jadi kalau dia datang lagi, ga perlu dilayani.

Tambahan Apel

Jumat, 15 Maret 2019
Di pasar Jumat, saya suka beli apel di lapak bapak Y. Lapaknya di seberang toko saya. Suami kenal baik dengan bapak Y ini, jadi beliau pun mengenal saya. Di lapak beliau ada juga seorang bapak yang lebih tua dari bapak Y, saya sebut saja bapak tua. Nah bapak tua juga sudah kenal saya karena saya udah langganan di lapak mereka. Setiap winter saya suka beli apel, jamur, dan kadang pear. Kalau summer, saya suka beli peach, plum, dan kadang apricot.
"Hoşgeldin kara kız," (selamat datang Nyi Iteung) begitu sapaan bapak tua pada saya setiap saya datang ke lapaknya.
Kemarin, saya udah beli jamur di lapaknya. Hari ini saya datang lagi untuk membeli apel. Setelah beres memilih apelnya, saya berikan kantong berisi apel pada bapak tua untuk ditimbang.
"2 kilo," katanya sambil menunjukkan 2 jari.
"OK," kata saya.
Kantong berisi apel tidak langsung diberikan pada saya, melainkan ia menambhkan 4-5 apel ke dalamnya sambil berkata, "Ini untuk dimakan di toko ya."
Seperti halnya minggu lalu, saya membeli 2 kilo apel, eh si bapak menambahkan apel yang banyak. Ada kali tuh 1 kilo tambahnya. Sebelumnya si bapak nanya, "Kamu di toko ya?"
"Iya," jawab saya.
"Ini makan ya di toko," ucap si bapak sambil menambahkan apel.

Ibu "Inspektur"


Jadi pedagang di Alanya harus banyak sabar dalam menghadapi customer yang aneh. Salah satunya ibu "inspektur" yang akan saya ceritakan ini.
Ibu ini kadang suka datang ke toko saya. Entah maksudnya untuk apa, yang pasti tidak untuk membeli. Ntah juga apakah ibu ini benar-benar orang miskin atau orang kaya yang sedang menyamar. Ia lagaknya seperti orang yang tidak punya uang. Kadang juga ia suka mengasongkan hasil rajutan berupa lif (untuk menggosok badan saat mandi) di pasar Jumat.
Setiap datang ke toko saya, lagaknya sombong. Nanya-nanya ada barang baru engga. Ga peduli sedang ada customer atau tidak. Kalau sedang ada customer, ia menjelekan barang di toko saya, lalu pergi ke luar.
Sudah beberapa kali ibu ini datang ke toko saya, jadi saya sudah hapal. Nah, tadi si ibu datang lagi. Ketika ia masuk, saya baru beres makan siang. Saya cuek aja. Saya tetep duduk di kursi sambil membereskan kotak makanan dan minum infused water. Si ibu nanya, "Mana ada yang baru ga?"
"Tuh di situ ada yang baru," jawab saya sambil duduk.
Si ibu terus bertanya-tanya dan tak lupa nanya harga. "Mahal ya," ucap si ibu setelah mendengar jawaban harga dari saya. Si ibu selalu berucap "MAHAL", jadi saya pun selalu memberikan jawaban harga mahal ketika si ibu nanya.
"Ga usah khawatir, orang yang ada duitnya pasti beli," ucap saya pada si ibu ketika si ibu bilang mahal.
Si ibu pun ngeloyor keluar.
Jadi, apa maksud kedatangan si ibu?
Makanya saya bilang ibu ini ibu inspektur, karena ia cuma mau inspeksi toko saya saja 

My Drink Today




Sudah lama, saya ingin membeli botol khusus untuk infused water. Tapi belum nemu yang sreg. Seringnya saya melihat botol infused water yang berbahan plastik di sebuah toko. Kemarin di toko yang sama, saya menemukan botol ini. Botol berbahan kaca ada saringan di dalamnya. "Wah, bagus juga nih botol untuk infused water," gumam saya dalam hati. Tanpa pikir panjang, saya langsung membawanya ke kasir. Harganya pun ramah di kantong, ini yang penting :D

Sebelumnya, jika ingin membuat infused water, saya menggunakan botol minum biasa. Sekarang sudah punya botol ini, jadi lebih semangat untuk membuat dan minum infused water.

Kemarin, sepulang dari toko, botol ini langsung saya bersihkan. Saya masukan air hangat plus baking soda plus cuka ke dalamnya dan didiamkan semalaman. Tadi pagi saya cuci bersih botol, saringan, dan tutupnya. Lalu saya buat infused water perdana daun mint plus jeruk lemon untuk bekal ke toko.

Segar seharian minum infused water :)



Tiga Ibu (Turki) Komentator


Siangan ini, datang tiga ibu Turki ke toko saya. Ketika mereka masuk, saya sapa seperti menyapa customer yang lainnya. Mereka bilang bahwa hanya ingin melihat-lihat.
"Silakan boleh melihat-lihat," ucap saya.
Meskipun mereka hanya ingin melihat-lihat, sebagai pemilik toko, sudah sepantasnya berdiri dan melayani mereka, ya toh??
Kemudian mereka mulai menanyakan harga rok. "Wah mahal ya," ucap salah satu ibu ketika mendengar jawaban saya. 
"Bagus sih roknya, tapi mahal," ucap ibu yang lain.
"Mahalnya harga tergantung kualitasnya, Bu," ucap saya. "Kalau mau yang murah, pasti ada. Tapi kualitasnya juga sesuai dengan harganya," tambah saya.
Karena memang niatnya hanya lihat-lihat plus (mungkin) untuk mengomentari, mereka pun keluar dari toko saya sambil mengucapkan, "Hayırlı işler" (have a good work).
"İyi günler," (have a nice day) ucap saya sedikit ketus. Saya langsung memainkan hp kembali, karena saat mereka masuk, saya sedang bermain hp. Walaupun saat itu, mereka tidak langsung keluar. Mereka masih melihat-lihat baju yang digantung di dekat pintu.
Iya, saya suka ketus pada customer model begini. Kalau niatnya lihat-lihat saja, ga usahlah berkomentar mahal lah, ini lah, itu lah. Bikin bete tau. Ketika mereka bilang harganya mahal, saya akan kasih harga mahal lagi saat mereka menanyakan harga yang lainnya. Seandainya mereka memutuskan untuk membeli, BIG NO ngasih diskon buat mereka. Semoga Allah ga menitipkan rezeki saya pada orang-orang model begini, aamiin.

Saltum


Hari ini salah kostum euy.
Waktu siap-siap (berpakaian) mau ke toko (dari jendela), kelihatan matahari bersinar terang. Saya putuskan tidak memakai jaket dan baju tebal. Saya memakai satu blus tipis, satu tunik tipis, dan jaket tipis. Kaos kaki pun satu rangkap saja.
Ketika menunggu di halte, awan gelap mulai menyellimuti langit, dan cuaca pun menjadi dingin. Dari situ, saya menyadari sudah salah kostum. Mau balik lagi ke rumah sudah tanggung, karena waktu datang bus sudah dekat.
Datang ke toko tambah dingin, karena di toko saya lembab. Cuaca seharian ini sepertinya galau. Ya sudah, pasrah saja kedinginan 

Hati-hati

Beberapa bulan lalu, ada 2 turis cantik (asal finland) datang ke toko saya. mereka masuk seperti yang terburu-buru. melihat-lihat tunik dan ...