Jangan Beli Di Sini!

Senin, 18 Maret 2019
Datang seorang ibu (Turki) ke toko saya bertujuan mencari tunik. Badannya agak big size. Dia melihat-lihat dan setiap tunik yang ditanya kecil ukurannya. Saya tunjukkan tunik yang ukuran dia, tapi dia malah menghina tunik tersebut, "Apa itu, jelek."
Padahal yang dia sebut jelek itu, sangat disukai oleh para turis dan sebagian local customer. Seharusnya dia ga usah bilang jelek, bilang saja, "that is not my style".
"Ukuran gede ga ada yang lain," ucap saya sambil tetap memeriksa produk yang baru datang.
Saya udah yakin kalau dia ga akan beli, jadi saya nyantai aja ngontrol produk yang baru datang.
Kemudian dia menemukan tunik yang (mungkin) disukainya. Dia ambil dan mencobanya di fitting room.
Ketika dia sedang mencoba, datang repeat customer saya yang juga kerabat. Bulan lalu si kerabat ini datang ke sini dan menanyakan longdress untuk resepsi. Saya bilang mungkin model baru akan datang maret akhir atau april. Nah, ia datang dech hari ini. Tapi sayang model baru belum datang. Ia sedikit kecewa karena resepsinya akhir minggu ini. Ia keukeuh pengen membeli di toko saya, tapi apa boleh buat, model yang ada sepertinya ga ada yang cocok.
Ia menyukai salah satu model yang ada, tapi menurut saya model itu kurang cocok untuk dipakai oleh ibu mertua. Saya tunjukkan model yang mungkin cocok untuk ibu mertua dan sepertinya ia suka. Saya menurunkannya dan dilihatnya dari dekat. "Nanti saya datang lagi sama menantu saya," katanya.
Ibu yang mencoba tunik keluar. Dimulailah komentar yang bikin baper.
"Jangan beli di sini. Ga ada yang cocok untuk ibu mertua di sini," ucapnya menggebu "Belinya di sana, tuh," tambahnya menunjukkan sebuah toko di luar.
Siapa yang ga baper coba mendengar perkataan seperti itu. Tapi saya berusaha untuk tetap cool. Istighfar aja dalam hati.
Memang, sekarang ini di toko saya belum datang model baru. Ga ada yang cocok untuk ibu mertua. Tapi, apakah pantas si ibu itu ngomong begitu ke customer saya di hadapan saya?
Saya juga udah menyarankan kok ke kerabat saya itu untuk melihat ke toko lain dan memang ia juga akan melihat-lihat ke toko lain.
Saya yakin rezeki tidak akan tertukar. Kalau memang Allah tidak menitipkan rezeki saya pada kerabat saya ini, ia akan belanja di toko lain. Tapi, jika Allah sudah menitipkan rezeki saya padanya, ia pasti akan kembali. Kenapa ia keukeuh pengen belanja di sini? Karena kami kerabat, ia bisa kasbon dulu, nanti bayarnya kalau sudah gajian.
Setelah kerabat saya pergi, si ibu ngomong gini, "Aduh maaf ya bikin customer kamu pergi."
Saya ga peduli dengan permintaan maafnya, tapi saya sudah tahu karakternya. Jadi kalau dia datang lagi, ga perlu dilayani.

No comments:

Post a Comment

112

dibaca: yuz on iki, ini adalah nomor panggilan darurat di Turki. Kalo di Amrik ada 911, maka di Turki ada 112. Dulu panggilan darurat polisi...