Membaca bikin ngantuk


Lanjutan kisah jurnal ilmiah semalam. Abstraknya belum selesai saya baca dan translate tapi mata rasanya berat dan menguap berkali kali pertanda saya mengantuk. Padahal saya sedang di toko. Jadi ga mungkin donk saya tidur.
Ini berarti saya ga suka isinya dan juga saya menganggap isinya berat jadi udah sugesti duluan. Seperti halnya ketika membaca buku berbahasa turki untuk lomba kedua di sekolah anak dua tahun lalu. Baru baca beberapa halaman aja udah bete. Semakin dibaca saya semakin ngantuk. Padahal yang ditulis dı buku itu tentang keseharian yang dilakukan ibu ibu namun dikemas dalam segi psikologi.
Beda ketika saya membaca buku yang ceritanya menarik perhatian dan bikin penasaran. Rekor beberapa hari lalu yang mana baru pertama kali saya membaca novel 300 halaman bisa tamat sehari. Biasanya buku segitu halaman baru akan tamat setelah berbulan bulan :D

Ini siapa yang orang Turki?


Barusan suami ngasih 4 lembar jurnal ilmiah (sesuai matkulnya) berbahasa Inggris yang harus ditranslate ke bahasa Turki.
Suami: ini kamu yang translate ya... atau mau barengan?
Saya: barengan donk (wong ini pe-er kamu)
Suami: mau mulai sekarang atau besok?
Saya: ya udah besok aja.
Suami: ini bawa aja ke toko. Kamu mulai aja dulu translate...cobain gitu. Nih dimasukin ke tas.
Duhhh ini siapa yang kuliah...siapa yang orang Turki???
Lieur ah...
Balada istri yang sedang lieur
#CatatanistrimahasiswaS2

Tidak Suka Dikoreksi


Pernah ada orang yang bilang bahwa saya orangnya tidak suka dikoreksi. Padahal bertahun tahun bekerjasama dengannya, pekerjaan desain yang saya kerjakan tak luput dari koreksinya walaupun satu huruf. Koreksi itu saya terima untuk kesempurnaan desain yang saya kerjakan. Entah bagaimana ia menilai saya hingga berkata seperti itu.
Kalau saja saya tidak mau dikoreksi, mungkin saya akan memaksakan desain pada klien web desain saya.
Kalau saja saya tidak mau dikoreksi, apakah saya bisa menerbitkan buku seperti sekarang ini?
Sekarang aja lagi bolak balik koreksi oleh Pa @Deky Tasdikin di Bandung sana (maaf Pa rada Lola). Demi terlahirnya INOVASI 2017 kolaborasi dengan @Indari Mastuti

Mengejar bis kota

17-10-2016
Semenjak tinggal di alanya saya sering terburu buru pergi dari rumah untuk mengejar bis kota karena kalau ketinggalan risikonya harus menunggu setengah jam lagi. Sejak tahun 2007 angkutan umum di alanya diganti menjadi bis semua. Sebelum 2007, di beberapa rute termasuk rute ke rumah saya memakai minibüs (yang beroperasi setiap 15 menit).

Kita harus tahu jadwal bus lewat supaya bisa bersiap siap dan tidak terburu buru tapi kalo sedang kepepet atau kesiangan risikonya harus lari lari untuk ngejar bus.

Di bandung waktu mudik, sekali aja berlari ke halte karena dari kejauhan udah kelihatan Trans Metro Bandung tujuan Cicaheum mau lewat. Di Bandung, angkot ada setiap saat. Namun sekarang lebih nyaman naik Damri atau Trans Metro untuk beberapa rute.

Di Jakarta, pernah sekali lari lari ngejar metromini sama suami. Waktu itu baru sehari pernikahan, dengan suami abis ngurus visa di Turk Embassy di Rasuna Said. Saat itu mau ke hotel Sahid. Kata pegawai orang Indonesia di Kedutaan Turki, kami harus naik metromini nomor sekian. Ketika keluar dari kedutaan dan berjalan menuju perempatan terlihat metromini nomor tsb, kami pun berlari mengejarnya.

Di Alanya tak terhitung sudah berapa kali berlari ngejar bis kota spt ini. Sewaktu hamil pun sempat begitu. Ketika keluar dari rumah melihat ke jendela di tangga apartment, ada minibus akan lewat. Saya langsung lari dari lantai empat. Ketika sampai bawah minibus baru saja lewat. Saya langsung teriak "durrrrrrr...! Aartinya stop. 
Alhamdulillah supir atau orang dalam minibus mendengar teriakan saya. Dan minibüs berhenti, saya pun bisa naik minibus tsb.

Tadi pagi dalam bis, saya melihat di sebrang ada seorang cewe pelajar sma lari lari mau naik bus yang saya tumpangi. Ketika bus sampe halte anak cewe itu belum nyampe. Bus mulai ninggalin halte dan melaju. Saya liat si cewe di belakang melambaikan tangan mengisyaratkan bus untuk berhenti. Tapi supir ga lihat. Saya pun teriak "gelen var!" Bisa diartikan ada penumpang atau ada yg mau naik. Alhamdulillah bus berhenti. Si cewe kecapean, akhirnya nyampe dan naik bus.

Di sini suka seperti itu. Kalau melihat ada orang yang mau naik dan supir ga lihat, suka ada yg teriak seperti itu agar bus berhenti. Kasian juga cewe sma ini kalo bus ga berhenti, bisa bisa dia telat ke sekolah. 


Bandar: Keluarga, Darah, dan Dosa yang Diwariskan

Novel Karya: Zaky Yamani
293 halaman

Sinopsis

Hidup adalah serangkaian persimpangan. Setiap keputusan yang kau ambil membawamu ke situasi berikutnya. Suka atau tidak, itulah yang kau dapatkan. Lalu kehidupan pun berlanjut, dan kau dibenturkan pada persimpangan itu.

Dewi (Emak) tak pernah menyangka hidupnya sebagai perempuan kerap ditentukan kehendak banyak laki-laki, entak banpaknya, orang yang merenggut kegadisannya, bahkan suami-suami yang dia nikahi. Ketika tiba saatnya dia yang memegang kendali, giliran anak-anaknya yang akhirnya terjerumus ke lubang hitam.

Parlan, cucu Dewi, berharap memiliki kehidupan selain kehidupan yang dikenal keluarganya turun temurun selama ini: sebagai bandar ganja. Tapi dia pun akhirnya dihadapkan pada persimpangan celaka itu: menjadi ahli waris bisnis keluarganya kendati hati gelisah, atau meninggalkan kerajaan yang sudah melewati sejarah panjang air mata dan darah.

Summary

Wanaraja menjadi saksi bisu pembantaian yang dilakukan oleh gerombolan Darul Islam yang dipimpin oleh Kartosuwiryo. Kisah cinta Aminah (anak Kyai Bustaman) dengan Ahmad yang kandas karena Aminah dijodohkan dengan Abdul Halim, seorang petani kaya di desa yang sudah beristri dan beranak empat. Perjodohan ini gagal karena Aminah kabur dengan Ahmad dan Bi Oci. Tapi mereka tak berhasil dan berujung maut yang memisahkan Aminah dan Ahmad.

Perjodohan yang gagal membawa pada perjodohan baru yaitu perjodohan antara Dewi dengan Hidayat (keponakan Kyai Bustaman). Di malam pertama, Dewi melarikan diri. Namun hal ini membawa Dewi ke dalam lembah nista. Kepolosan Dewi yang mau menerima bantuan orang lain tanpa curiga membawanya menjadi seorang pelacur. Pahit memang, tapi apa boleh buat Dewi tak kuasa melawan takdir yang begitu berat menimpanya.

Tak dinyana, di sana Dewi bertemu kembali dengan Ahmad (bekas pengawalnya). Dewi diselamatkan oleh Ahmad. Mereka berdua kabur dan mengikat janji untuk memulai hidup baru di kota kembang.

Pernikahannya dengan Ahmad, lahirlah Gopar (Gaffar Rahmat Setiadi), anak pertama mereka. namun, krisis melanda negeri yang mengakibatkan semuanya tidak berjalan sesuai yang diinginkan. Ahmad harus masuk penjara karena kejahatan yang dilakukan bersama sahabatnya Wasid. Dalam penjara Ahmad meninggal dunia.

Wati sahabatnya yang sama-sama pelacur yang kini menjadi perempuan simpanan seorang pejabat menolongnya ketika ia dan Gopar hampir menggelandang sepeninggal Ahmad. Dewi kembali terpuruk ke dalam lembah yang nista dan melahirkan anak kedua tanpa mengetahui siapa bapaknya. Anak tersebut diberi nama Dermawan yang dipanggil Wawan.

Sebelum meninggal, Ahmad berwasiat pada Wasid agar ia mau menikahi Dewi dan menjaganya serta Gopar seperti anaknya sendiri. Dewi menolak apa yang disampaikan oleh Wasid sesuai dengan wasiat Ahmad. Namun berselang waktu, tumbuh cinta Wasid kepada Dewi dan Dewi pun menerima lamarannya.

Wasid membawa Dewi untuk hidup di Gang Somad. Di sini lah kehidupan sebagai bandar ganja dimulai. Gang Somad adalah tempat di mana setan suka membuat lingkaran-lingkaran.

Pernikahannya dengan Wasid, Dewi melahirkan anak ketiganya yang diberi nama Farid.

Gopar bersaudara tenar di Gang Somad sebagai jeger atau preman. Mereka pernah dipenjara di Kebonwaru karena terbukti bersalah. Tak hanya menjadi pentolan preman Gang Somad tapi juga disegani hampir di seluruh kecamatannya. Siapa yang tak pernah dengar aksi ketiganya ketika menghajar hingga babak belur seorang guru Madrasah Sukapurna.

Setelah bebas dari Kebonwaru ketiganya berubah penampilan dan kelakuannya. Lebih liar daripada sebelumnya. Tubuh. Mereka dihiasi tato.

Hutang budi yang harus dibayar oleh Gopar bersaudara kepada Wahyu adalah buah dari perkelahian di Kebonwaru. Namun pembalasan budi tidak berlangsung lama. Wahyu yang berasal dari Gang Cemara menjadi musuhnya dan mati di tangan Gopar. Gang Somad dan Gang Cemara menjadi musuh bubuyutan.

Gopar dipenjara karena membunuh Wahyu. Wawan dititpkan di kerabat Wasid. Emak nelangsa dan tinggal dengan Farid yang semakin liar. Warung Emak yang dulu dimodali suaminya Wasid menjadi sepi.

Kebingungan Emak di kala itu membawanya menjadi bandar ganja. Ketika Gopar keluar dari penjara Sukamiskin, keluarga bersatu kembali. Emak nenurunkan bisnis yang telah dirintisnya kepada ketiga anaknya. Setelah beberapa bulan mendampingi anak-anaknya mengelola bisnis ganja, Emak pulang ke Wanaraja didampingi Gopar.

Di Wanaraja Emak kembali bertemu dengan Hidayat suami pertama Emak dan mereka menikah kembali.

Bisnis Gopar bersaudara berjalan 20 tahun hingga akhirnya harus kandas karena calo amatir yang ceroboh. Gopar dan Wawan ditangkap dengan barang bukti 1 truk. Jhonny Hidayat pengacara yang disewa untuk membelanya bekerja sama dengan Ajun Komisaris Besar Polisi Hendra Suryanegara guna memoroti kekayaan mereka. Jhonny berambisi menjadi Walikota Bandung sedangkan Hendra berambisi menjadi Kapolrestabes Bandung.

Sementara kedua kakaknya masih dalam proses pengadilan, Farid dinyatakan terkena gangguan kejiwaan dan dirawat di Jl. Martadinata no. 11 Bandung.

Pak Hidayat suami pertama dan menjadi suami terakhir Emak mempunyai anak bernama Syarif yang menjadi pengacara hebat di Jakarta. Melalui tangan Syarif, strategi Emak membebaskan Gopar dan Wawan berjalan mulus.

Parlan lahir dari rahim Minah, bekas pelacur yang dinikahi gopar. Gopar tahu dulu ibunya melacurkan diri, kini dia melabuhkan hatinya di pelukan pelacur. Gopar ingin Parlan meneruskan “kerajaannya”. Sedangkan ia ingin memanfaatkan hari tuanya untuk berakrab-akrab dengan Sang Sutradara. Dan menikmati sisa hidup di Gang Somad. Di tempat kumuh ini. Tempat tinggal para iblis penjaga gerbang menuju kesucian. Tempat orang-orang besar akan lahir, jika mereka terbebas dari jeratan gang ini.

Parlan tidak tahu harus memberikan jawaban apa pada bapaknya. Haruskah ia melanjutkan hidup di gang yang laknat ini dan menghidupinya seperti cara Bapak? Atau sebaiknya melarikan diri dari sejarah hidupnya sendiri? Sebuah dilema yang dirasakan oleh seorang anak bandar ganja di Gang Somad.

Karakter

Dewi biasa dipanggil Emak oleh anak-anaknya, Gopar, Wawan, dan Farid. Terperosok ke dalam dunia pelacuran. Diselamatkan oleh Ahmad yang menjadi suami keduanya. Suami pertamanya Hidayat yang ia tinggalkan ketika malam pertama pernikahannya sebagai protes atas tindakan perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya Abdul Halim. Dewi adalah anak bungsu dari Abdul Halim dan Nurjannah.

Abdul Halim petani kaya di kampungnya. Ia beristrikan Nurjannah perempuan cantik dari Singaparna. Tanah dan sawahnya luas. Selain menjadi petani dan tuan tanah. Toko besarnya di pusat keramaian Wanaraja juga sangat laris. Dikaruniai 4 orang anak perempuan. Dewi adalah anak bungsunya. Hidupnya berakhir di tangan gerombolan Darul Islam.

Kyai Bustaman, bapaknya Aminah. Orang kaya dan terpandang di kampungnya. Sama halnya dengan Abdul Halim, keduanya merupakan sosok manusia yang menilai orang dari harta, keturunan, dan penampilan. Jika berbuat sesuatu selalu dipikirkan untung dan rugi dari sisi materi. Kalau dirasa tidak akan menguntungkan, andai dijanjikan surga pun mereka pasti akan berdalih. Nasibnya pun sama dengan Abdul Halim. Ia mati di tangan Darul Islam

Ahmad: Pengawal anak-anaknya Abdul Halim, kekasih Aminah, suami kedua Dewi.
Aminah: anaknya Kyai Bustaman, kekasih Ahmad, dijodohkan dengan Abdul Halim.
Gopar: anak pertama Dewi dari suami keduanya Ahmad.
Wawan: anak kedua Dewi yang tidak diketahui siapa bapaknya.
Farid: anak ketiga Dewi dari suami ketiganya Wasid.
Hidayat: suami pertama dan menjadi suami terakhir Dewi.
Wati: Sahabat Dewi, sama-sama pelacur yang menjadi simpanan seorang pejabat.
Wasid: suami ketiga Dewi.
Parlan: Cucu Dewi, anaknya Gopar yang lahir dari rahim Minah, bekas pelacur yang dinikahi Gopar.

Rekomendasi

Bahasanya mudah dimengerti dengan alur yang tidak monoton. Memakai alur maju mundur tapi tidak bikin pusing melainkan membawa pembaca memahami apa yang sedang dibicarakan. Ceritanya mengalir dan bikin penasaran untuk terus membaca hingga tamat.

Dalam novel ini selain disuguhi cerita fiksi tentang keluarga bandar ganja, juga dibumbui dengan sejarah yang terjadi di Indonesia pada rentang waktu tersebut. serta pembaca akan dibawa menjelajah kota Bandung melalui nama-nama jalan yang tertulis di novel ini.


Alanya,

Dian Akbas

A Great Woman Behind a Successful Man

Suami yang menjadi mahasiswa S2, kok saya yang repot ya?

Ceritanya suamiku resmi jadi mahasiswa S2 di Selçuk University di Konya. Perkuliahan dimulai bulan ini. Kamis yang lalu (6 Oktober) adalah kuliah pertamanya. Katanya, dua minggu sekali harus pergi ke Konya buat kuliah. Lumayan dech jarak Konya 5 hours by bus dari Alanya (kalo dengan mobil pribadi hanya 3 jam).

Pulang kuliah, udah dikasih PR oleh salah satu prof-nya. Dan PR itu diserahkan ke saya buat diketik. Lho, emangnya saya tukang ketik ya? Mentang-mentang punya istri penulis, jadi minta ditulisin juga tugas-tuganya. Emang sih sejak tahun kemaren (sebelum lulus masuk ujian lokal), suami udah bilang kalo nanti nerusin S2, saya yang diminta ngetik tesisnya. Dipikir-pikir ok lah tesis kan cuman sekali, itu pun di akhir perkuliahan.

Eh...nyatanya sekarang tidak begitu. Yang ada PR nya juga harus saya yang ketik. Tapi tak apalah, demi kesuksesan suami. Selain itu, dengan mengetik PRnya, otomatis saya membaca pelajarannya. Dengan begitu, saya menjadi tahu ilmu baru :D

Ambil positifnya saja, meskipun waktuku untuk mengerjakan proyek sendiri menjadi tersita. Semoga suamiku lancar menjalani perkuliahan dan lulus tepat pada waktunya (atau mungkin juga lebih cepat, why not?). Saya selalu mendukungmu. Buktinya saya udah ketik tuh PR pertamanya :D


Behind every successful man is a great woman (unknown proverb)


Bundel Revisi yang Raib

Sepulangnya dari mudik, alhamdulillah mengantongi rezeki dengan membawa banyak proyek kerjaan. Tentunya kerjaan menulis sesuai dengan profesiku yaitu penulis. Sudah direncanakan sejak sebelum kepulanganku ke Turki bahwa semua proyek tersebut akan dikerjakan di Alanya.

Sesampainya di sini, tentu saya kerjakan satu per satu kerjaan itu. Namun, ada satu proyek yang sudah saya kerjakan sebelum mudik dan sudah dikoreksi oleh partner nulisku. Koreksiannya saya print dan saya revisi dengan tulisan tangan. Bundel revisian itu saya bawa mudik. Ketika kembali ke sini dan akan mengetik hasil revisian, ternyata bundelan tersebut raib... oh noooo :(

Saya bingung mencari keberadaan si bundel revisi. Padahal proyek ini sudah ditanyakan oleh penerbit. Apakah tertinggal di Bandung? Jangan sampe dech kalo ketinggalan di sana. Semua barang di koper sudah dikeluarkan sejak 3 minggu yang lalu. Dan koper serta anak-anaknya sudah dibereskan masuk kandang. Saya berpikir keras naro di mana si bundelan itu.

Kembali mencari dan mohon doanya dari teman-teman semua. Thanks


[Jual e-book] Aktivitas Seru Ramadan

Ramadan sebentar lagi... Kita sambut Ramadan dengan suka cita :) Ini lo ada ebook aktivitas yang seru untuk Ramadan. *** Aktivitas Seru Rama...