Saran untuk turis


Kemarin pagi toko saya kedatangan pasangan customer dari belanda. Cowo turki dan cewenya belanda.
Saat itu toko saya masih setengah buka coz manekin manekin depan toko masih ditutup kain putih untuk menghalangi sinar matahari.
Alhamdulillah sepagi itu sudah dapet customer.
Mereka berniat beli tunik berwarna hitam untuk si cewe. Saya ga tahu apakah dua sejoli ini masih dalam tahap pacaran atau sudah menikah, ga nanya kemaren. Tapi yang pasti si cewe sudah jadi mualaf, alhamdulillah. Tanpa ditanya pun, si cowo udah kasih tahu saya tentang ini.
Sementara si cewe mencoba tunik yang disuka, saya ngobrol sama cowonya.
Cowo ini bahasa turkinya keliatan kagok. Maklum meskipun dia orang turki asli, tapi dia lahir dan besar di belanda. Meskipun kagok, dia tetap bisa. Katanya orang tuanya berasal dari ankara. Dulu, kakeknya yang pertama pergi ke belanda untuk bekerja. Kemudian orang tuanya (ga tau ini ayah atau ibunya) saat berusia 15 tahun menyusul ke belanda. Jadilah sampe sekarang mereka di belanda.
Padahal saya ga nanya ini lho ke dia. Dia aja sukarela cerita ke saya hehe. Saya cuma nanya orang tuanya di turki asal dari kota mana. Eh dia malah cerita. Ok deh saya dengerin aja 
Setelah fix tunik mana yang akan dibeli oleh si cewe, bagian membayar mereka rebutan.
Keduanya ngeluarin uang dan ditaro di meja kasir.
"Begini tiap hari kami berantem kalo mau bayar sesuatu," ucap si cowo.
Saya ambil uang dari si cowo aja.
"Dia yang bayar sekarang. Nanti kamu traktir dia makan aja," usul saya pada si cewe.
"Yes, I will," kata si cewe.
"Dan ini kembalian buat kamu," ucap saya sambil ngasih kembalian 20 lira pada si cewe.
Saya berikan tas bertuliskan nama toko yang berisi tunik hitam pada mereka dan mereka pun pamit pergi. Tak lupa saya berikan kartu nama toko donk.

No comments:

Post a Comment

Hati-hati

Beberapa bulan lalu, ada 2 turis cantik (asal finland) datang ke toko saya. mereka masuk seperti yang terburu-buru. melihat-lihat tunik dan ...