Minggu siang saya mencuci pakaian dan menjemurnya di balkon karena matahari terik. Sore hari, hujan mulai berlangsung tapi badai belum nampak. Saya pun memindahkan jemuran yang hampir kering ke dalam rumah. Minggu malam terjadilah badai. Saya cek tanaman di balkon, ternyata sudah pada tergeletak karena kencangnya angin. Saya pun memperbaiki posisi para tanaman supaya berdiri.
Semalam hujan badai masih berlanjut. Setelah Subuh, angin semakin kencang. Namun hujan hanya gerimis saat itu. Suami pergi ke toko berjalan kaki seperti biasa, tentunya dengan memakai jas hujan dan sepatu boot ala nelayan.
Pukul 7, saya keluar dari rumah. Keadaan di luar menakutkan. Gelap, hujan dan badai besar. Biasanya saya menunggu di halte depan warung. Pagi tadi karena kondisi seperti itu, saya menunggu di halte dekat rumah. Halte penuh, kebanyakan pelajar. Bus pun datang, kami semua naik satu per satu. Posisi yang belum naik, tetap berada di halte. Lumayan menunggu karena setiap orang harus membayar dengan kartu bus yang ditunjukkan ke mesin. Saya sengaja naik bus paling akhir.
Bus berjalan sangat lambat karena hujan badai yang sangat besar membuat supir bus harus ekstra hati-hati. Kaca depan bus selalu berembun membuat pudarnya penglihatan supir. Sewaktu di puncak, sebelum melanjutkan perjalanan, supir meminta tolong pada pelajar yang baru naik untuk mengelap embun di kaca depan tersebut. Kemudian perjalanan dilanjutkan.
Jika ada penumpang turun, supir mengelap kaca lagi. Sayangnya ga ada pelajar cowo yang jangkung yang dengan sukarela mau membantu tanpa diminta.
Ketika bus hampir sampai di pusat kota, dapat melihat kota Alanya pagi ini dibuat berantakan oleh badai. Ya seperti biasa setelah terjadi badai pastinya kota jadi berantakan.
No comments:
Post a Comment