Kita lanjutkan belajar tentang Turki yuk 

Sekarang saya mau nulis tentang tradisi di Turki. Tapi mulai dari mana ya? Hmmm...
Saya mulai dari sinetron aja ya 

"Mau nulis tentang tradisi kok mulai dari sinetron?" mungkin ada yang nanya begitu di pojokan sana. Iya, saya suka nonton sinetron. Tapi ga semua dan sembarang sinetron saya tonton. Dari sinetron yang saya tonton ini, saya pun jadi tau banyak tentang tradisi di Turki. Saya kan tinggal di Alanya, jadi saya hanya tau tradisi yang berlaku di Alanya. Nah, dengan nonton sinetron, saya jadi tau tentang tradisi di kota-kota lain. Walaupun sebenarnya, banyak pula yang tradisinya sama di seluruh Turki.
Dari sinetron Zerda yang settingnya di Gaziantep, saya jadi tau ada tradisi turun ranjang. Ketika suami meninggal, si gelin (mantu cewe) harus menikah dengan adik iparnya. Tradisi ini tertulis juga di novel Dürtü yang pernah saya baca. Horor juga ya ada tradisi macam begini.
Itu salah satu pelajaran tradisi dari sebuah sinetron. Jadi kalo nonton sinetron Turki itu jangan fokus pada yang gantengnya aja 

Berat ya langsung ngomongin tradisi turun ranjang hehe
Ada tradisi apa lagi?
Hidup dekat atau dengan mertua
Begini, kebanyakan keluarga Turki itu sukanya tinggal bersama-sama sampe tua. Kalo di Alanya nih ya, orang tua bikin apartemen yang banyaknya lantai sesuai dengan banyak anaknya. Misal si ortu punya anak 6, maka akan dibuat apartemen 7 lantai (1 lantai = 1 rumah). 6 lantai untuk masing-masing anak dan 1 lantai untuk si ortu. Atau dibuatkan 4 lantai, dengan hitungan 1 lantai = 2 rumah. Jadi total ada 8 rumah, kelebihan 1 rumah bisa dikontrakkan.
Nah, anak-anaknya setelah menikah berarti akan tinggal masih satu gedung, hanya beda lantai saja. Makanya di tulisan sebelumnya saya tuliskan agar mengenal keluarga si OT. Maksudnya agar nantinya kamu ga kaget kalo harus tinggal dekat atau serumah dengan mertua dan adik kakaknya.
Ada enak dan tidaknya tinggal serumah atau dekat dengan keluarga suami. Enaknya, kalo perlu bantuan bisa cepat dibantu. Tidak enaknya mungkin akan direcoki kehidupanmu heheh. Tentang merecoki ini tentunya tergantung sifat dari orang-orangnya. Ada yang suka merecoki, ada pula yang acuh tak acuh.
Sangat beruntung jika keluarga suami baik dan selalu membelamu. Tapi malapetaka jika kamu "jatuh" pada keluarga yang zalim.
Kita memang menikah dengan suami, tapi kita pun secara tidak langsung menikah dengan keluarganya. Maksudnya, kita harus berhubungan baik dengan keluarga suami. Karena sejatinya pernikahan itu menikahkan dua keluarga.
Tradisi menjamu tamu dan minum teh
OT ini kalo menjamu tamu bagai menjamu raja. Pemilik rumah yang cewe kebagian menghidangkan makanan sampe dirinya seperti tak ada kesempatan untuk duduk manis. Misal ada tamu datang untuk makan malam, tentunya disajikan makan malam terlebih dulu. Ibu dan gelin yang menghidangkan makanan. Setelah beres makan malam, semua cucian piring harus beres dicuci saat itu juga. Kalo ada mesin cuci piring sangat terbantu. Setelah itu lanjut ngeteh. Minum teh di Turki tidak cukup segelas. Kamu sebagai gelin harus bolak balik ke dapur untuk menuangkan teh di gelas para tamu. Biasanya teh ditemani dengan kue-kue. Setelah itu lanjut makan buah. gelin juga yang harus menyiapkan dan menyajikan buah-buahannya.
Udah kepanjangan ya tulisannya. Sebelum saya akhiri episode ini, saya mau nulis tentang filosofi Teh
Segelas teh melambangkan satu keluarga.
Çaydanlık (teko teh bertingkat) melambangkan ibu mertua dan gelin.
Çaydanlık bagian bawah melambangkan ibu mertua, dan çaydanlık bagian atas adalah gelin. Semakin ditempa oleh ibu mertua, gelin akan menjadi ahli.
Gelas teh melambangkan suaminya gelin, ia diisi oleh ibu mertua dan gelin (ya gelas teh diisi teh dari çaydanlık atas dan air putih dari çaydanlık bawah).
Anak-anak adalah gulanya, memberikan rasa manis.
Sendok teh melambangkan görümce (saudara perempuan suami), mereka kadang datang ke rumah gelin untuk merecoki dan kemudian kembali pergi.
Piring teh (tatakan) melambangkan bapak mertua. Ia duduk memperhatikan dan menampung "tumpahan" kelakuan anggota keluarga yang lainnya.
Begitulah filosofi teh di Turki 

No comments:
Post a Comment