Badai Pasti Berlalu

Saya bukannya akan mereview film atau pun lagu yang pernah ngehit di Indonesia. Tapi, saya akan cerita tentang badai di sini yang berlangsung kemaren sore hingga malam.

Benar adanya bahwa badai pasti berlalu, tapi akan menorehkan luka yang tak mungkin dilupakan. Begini ceritanya...

Menjelang asar, saya nongkrong di lapak si teteh. Langit semakin gelap, padahal sore juga belum. Cuaca semakin dingin, angin pun lambat laun bertiup kencang, ditandai dengan suara dedaunan bergemuruh ditiup angin.

"Kalau hujan sih gapapa, tapi kalau angin kencang saya takut," ucap si teteh mengomentari cuaca gelap. Saya manggut-manggut mendengar komentar si teteh.

Saya merasa kedinginan dan saya pun masuk ke toko untuk memakaikan syal ke leher saya. Tapi saya tidak kembali ke lapak si teteh, karena lapaknya sudah penuh orang.

Suasana terasa semakin mencekam, langit semakin gelap, dan turun hujan gerimis. Saat itu sudah adzan asar. Kemudian saya dibantu oleh anak menurunkan beberapa baju yang dipajang di luar, dan membereskan manekin-manekin yang berjajar di depan toko. Masing-masing saya pakaikan plastik dan semuanya saya dempetkan ke kaca depan. Pegawe toko sebelah pun segera menutupi sepatu-sepatu yang dipajang di depan dengan plastik terpal. Lalu menyuruh anak untuk segera salat asar ke mesjid.

Tidak lama dari itu, suami nelpon, "Badai besar sedang menuju ke sana. Kamu siap-siap. Beresin manekin-manekin. Daerah Kumluca udah porak poranda diterjang badai. Kasih tahu si teteh," ucap suami. Posisi suami di konaklı, berarti di tengah-tengah antara Kumluca dan Alanya.

Setelah menutup telepon , saya langsung memberi tahu si teteh.
"Badai besar sedang menuju ke sini," ucap saya
"Gimana donk, kita tutup sekarang?" tanya si teteh.
"Ya, tutup aja mendingan," jawab saya sambil berlalu ke toko.

Si teteh dibantu anaknya dan yang lainnya (yang berada di lapak), segera menutup lapaknya.

Sepulang saya dari salat di mushola, si teteh udah pergi. Ada teteh yang jualan sayuran hijau sedang santai aja berjualan di bawah payung besar. "Cepat tutup aja," ucap saya. Tapi si teteh ini tidak mendengarkan perkataan saya. Ternyata saya lupa memberi tahu teteh yang jualan cabe.



Badai yang dinanti pun datang. Si teteh yang jualan cabe bersama pegawenya sedang berusaha menutup lapaknya tapi hujan sangat deras dan angin bertiup kencang, si teteh dan pegawainya berteduh dulu di toko saya.

Si teteh yang jualan sayuran hijau pun sudah basah kuyup dan berteduh di toko saya.
"Kamu sih ga dengerin saya. Jadinya basah kan," ucap saya pada si teteh penjual sayuran hijau.
"Iya nih," sahutnya.

Tiba-tiba, langit menjadi terang. Badai terus berlanjut, hujan semakin deras bercampur dengan es. Sebelum maghrib, badai dan hujan berhenti. Saya pulang ke rumah naik bus pukul 19:00.

Sesampainya di rumah, saya nonton berita sambil menghangatkan badan di depan electric heater. Ada berita tentang badai di daerah Kumluca-Antalya. Diberitakan bahwa badai tersebut memakan 1 korban jiwa, seorang anak cewek berusia 13 tahun, innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Sepulangnya suami dari toko, kami membahas badai dan beritanya di tv. Btw suami lapar dan saya belum masak apa-apa. "Kamu masak apa?" tanyanya
"Belum masak. Kalau kamu mau makan, ke atas aja. Makan di rumah emak," jawab saya. "Saya mau masak untuk bekal besok," tambah saya.
Suami pun segera pergi ke rumah emaknya untuk makan. Dan saya segera ke dapur untuk memasak.

Selesai masak, saya makan dulu. Ketika suami datang, kami memutuskan untuk nonton film di laptop. Suasana di luar sangat mencekam. Angin kencang bergemuruh seakan berusaha mendobrak jendela. Petir dan geledek saling bersahutan. Hujan deras bercampur es, pletak pletok mengenai kaca jendela. Kami lanjut menonton film sambil menikmati ıhlamur tea. Saat film berlansung lebih dari setengahnya, listrik mati. Otomatis film pun berhenti karena koneksi wifi terputus. Kami pun tidur.

Pagi hari, saya nonton berita lagi. Ternyata badai di Kumluca kemaren sore itu, memakan 2 korban jiwa dan 1 orang hilang :(  innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Hingga pagi, hujan masih berlangsung deras. Ketika saya pergi menuju toko, hujan mereda dan hanya gerimis tipis tipis saja.




No comments:

Post a Comment

112

dibaca: yuz on iki, ini adalah nomor panggilan darurat di Turki. Kalo di Amrik ada 911, maka di Turki ada 112. Dulu panggilan darurat polisi...