Lobak Merah Putih


Hari Jumat, minggu yang lalu, saya membeli dua lobak untuk bikin soto lobak. Di samping lobak putih ada lobak merah. Saat membeli pagi itu, saya tidak membeli lobak merah, tapi penasaran juga dengan rasanya.

Setelah si abang menimbang lobaknya, saya pun membayarnya, tapi saya tidak langsung pergi.
"Ada yang lain mbak?" tanya si abang.
"Engga makasih. Ini mau moto dulu," jawab saya sambil sibuk memotret lobak merah putih.
"Oh mangga difoto aja. Ntar tunjukkin ke semua kenalannya ya," ucap si abang sambil seuri.

Setelah beres motret si lobak, saya kembali ke toko. Lalu saya chating dengan teman membicarakan rencana hari Minggu. Hasil chating itu, diperlukan 2 lobak lagi untuk membuat masakan lain. Saya pun kembali ke lapak lobak yang tadi.

"Selamat datang kembali, mbak," sapa si abang. Kayaknya ini abang yang tadi pagi melayani saya.
Saya dikasih kresek transparan. 

Saya masukin dua lobak putih ke dalam kresek. Terus saya nanya harga lobak yang merah, "Ini harganya sama bang?"

"Sama," jawab si abang.

Saya masukin juga 2 lobak merah ke dalam plastik yang sama. Setelah beres transaksi, saya kembali ke toko.

----

Sampai di rumah, siapin makan malam. Juga kupas lobak merah dan diiris-iris bulat untuk dicocol ke kecap pedas. Saya coba seiris lobak merah, ternyata rasanya manis, mirip bengkuang.

---

Hari ini, saya rencananya mau membeli lobak merah lagi. Tadi pagi turun dari bus sengaja melewati dua lapak yang minggu lalu sedia lobak merah putih (hanya ada di dua lapak itu). Ternyata tidak ada lobak merah maupun putih. Yahh.... penonton kecewa...


No comments:

Post a Comment

Tip dari turis Albania

  sewaktu nongkrong di depan toko ada ibu ot yang nanya harga jaket yang digantung di atas pintu (otomatis menghadap ke toko). pas balik bad...