Kemarin (29 Okt) menjelang magrib, datang 2 cewe kakak adik orang Maroko yang tinggal di Belanda. Mereka membeli 3 pcs baju (2 suede pardus dan 1 winter longdress set) dengan total harga 500 lira. Kami bertransaksi sewaktu azan magrib.
Setelah itu, saya langsung ke mushola untuk salat magrib. Sepulangnya suami saya, 2 cewe itu datang lagi. "Kami ingin mengembalikan baju-baju ini dan kami ingin uang kami kembali. Karena uang kami habis," katanya.
Saya agak syok mendengarnya. Kami pun mengambil barangnya dan mengembalikan uangnya dengan perasaan aneh dan kesal. Tapi tak ada pilihan lain.
Entahlah, kenapa mereka melakukan ini. Kalaupun uang mereka habis, pasti sudah tahu sewaktu akan membayarnya. Mereka mengambil uang dari dompetnya. Terlihat donk masih ada uang atau tidak di dompetnya. Kalau uangnya habis, ya jangan jadi beli. Saya tidak memaksanya untuk membeli kok. Barang-barang yang dibeli juga atas pilihan sendiri. Mereka beli juga dengan harga diskon sesuai permintaan mereka. Itu berarti mereka sudah menghitung berapa uang yang dimiliki.
Ini seperti mempermainkan kami saja. Emangnya sedang main dagang-dagangan apa? Membeli sebentar, dan mengembalikannya kurang lebih setengah jam kemudian tanpa alasan yang kuat. Barangnya tidak rusak atau gimana gitu. Hanya bilang "uang kami habis". Sungguh aneh.
Tapi sudahlah, mungkin memang belum rezeki kami. Untungnya, mereka datang sendiri, alias tanpa hanut. Jika saja mereka datang dengan hanut, dan si hanut cepat datang untuk ngambil komisi, yang berarti 50 lira. Apakah pantas saya mengambil kembali komisi itu dari hanut?
No comments:
Post a Comment