Tragedi Sereh

 "Anne, kamu buang sesuatu gak dari balkon ke kebun?" tanya Emine.

"Engga. ke balkon juga engga," jawab saya.

"Ini lihat," kata Emine sambil menunjukkan foto di hp.



"Saya juga lihat ini tadi pagi. Ini sih kayak sereh," jawab saya. Pikiran saya langsung menyangka suami saya yang membuang ini dari balkon dan saya langsung miscol suami.

Pagi-pagi ketika keluar rumah, saya menengok ke arah kebun dan melihat sesuatu tergeletak di anak tangga kebun. Bentuknya seperti sereh? "Tapi serehku di balkon aman kok," pikir saya. Saya pun bergegas ke halte untuk menunggu bus.

Setelah melihat foto di hp itu, saya duduk dan merasa lemas. Rasanya pengen nangis gogoleran. Karena di balkon itu tanaman yang seperti itu hanya ada sereh. Apakah benar suami saya membuang sereh yang saya tanam? Aduh perasaan saya udah kesal.

Kemudian suami nelpon, saya langsung cecar dengan pertanyaan, "Kamu mencabut sesuatu di balkon dan membuangnya ke kebun?"

"Iya, saya buang rumput liar. Embernya saya pake untuk menanam nanas," jawabnya santai.

"Apaaaaa??? rumput liar katamu??" saya benar-benar murka mendengar jawaban itu.

"Itu sereh yang saya tanam sejak tahun lalu. Dan kamu bilang itu rumput liar trus kamu buang gituh."

Saya tutup telpon dengan sangat kesal. Pantesan beberapa hari lalu, dia bilang ke saya untuk mencabuti rumput liar yang ada di balkon. Ya, saya cabuti rumput liar yang ada tapi gak banyak. Ternyata rumput liar yang dimaksud adalah tanaman sereh yang tumbuh subur. 

Saya pun minta anak nelpon tantenya untuk nanyain nasib sereh yang tergeletak di kebun itu.

"Tadi sih saya lempar ke tempat makan ayam. Kalo ga dimakan ayam, akan saya simpenin," jawab si tante.

Setelah anak nyampe rumah, dia laporan, "Anne, serehnya ga dimakan sama ayam. Ini mau saya tanam lagi. 

Untungnya suamiku ini nyabut sereh seakar-akarnya, jadinya bisa untuk ditanam kembali (langsung) di tanah. Nah, saya mikirnya untung cuma sereh di satu ember yang dibuang, ternyata...

Waktu suami datang ke toko, dia bilang bahwa sereh di kedua ember itu dia buang. Waduhhhhhh...

Tapi hanya ada satu (ember) sereh yang jatuh ke kebun. Satu lagi jatuh ke mana?

"Cepet telpon Emine, suruh cari," pinta saya.

Ternyata satu sereh lagi nyangkut di pohon zaitun, Emine pun berhasil mengambilnya dan langsung ditanamnya kembali.

Begitulah tragedi sereh yang terjadi kemarin. Untung saja dapat ditanam kembali. Semoga serehku menjadi tumbuh semakin subur, aamiin.

"Pantesan, kok itu rumput susah amat dicabutnya," komentar suami.

Lah iya, itu kan bukan rumput liar yang gampang dicabut. Itu kan sereh. Udah tahu susah dicabut, bukannya tanya ke saya itu tanaman apa. Padahal dia tahu kalau saya nanam sereh di balkon. Waktu menjelang musim dingin, saya minta bantuannya untuk memperbanyak sereh ini. Asalnya sereh ini saya tanam di botol ukuran 5 liter. Karena sudah beranak banyak, saya mau jadiin dua tempat. Nah, saat itu saya gak bisa misahinnya, terus saya minta bantuan suami. Malahan dia pisahin pake pisau, lalu saya tanam di dua ember cukup besar.

Tapi dasar aja, dia ini udah lama gak ke balkon. Dan baru-baru ini dia eksis ke balkon lagi. Kaget dia lihat tanaman serehku tumbuh subur dan disebutnya rumput liar. Duhhhhh...

No comments:

Post a Comment

Tip dari turis Albania

  sewaktu nongkrong di depan toko ada ibu ot yang nanya harga jaket yang digantung di atas pintu (otomatis menghadap ke toko). pas balik bad...