Alhamdulillah pagi-pagi udah dapet rezeki.
Ceritanya gini...
Tadi naik bus ga sampe terminal. Saya turun di halte sebelum masuk terminal. Pengen beli simit.
Saya pun berjalan menuju ke tukang simit langganan yang berlokasi di depan Garanti Bank. Dari halte tadi berjarak kurang lebih 200 meter.
Sampe di tukang simit, sudah ada 4 orang yang sedang antre. Seperti biasa saling sapa dengan abang penjualnya.
Kalau dilihat dari antrean, saya harusnya yang terakhir dilayani. Tapi, setelah si abang memberikan simit pada salah satu pelanggan dan pelanggan itu pergi, ternyata saya malah dilayani duluan.
"Bang mau berapa?" tanya tukang simit pada salah seorang pelanggan laki-laki di belakang saya yang datangnya duluan.
"Mbaknya aja duluan," kata si abang pelanggan yang di belakang saya itu
Lalu abang simit nanya ke saya, mau berapa dan isian apa. Saya pun memesan dua simit dengan isian cabe+keju dan isian coklat.
Setelah beres, si abang ngasih tahu saya bahwa tidak usah dibayar. Saya bingung donk, kok ga perlu bayar.
"Kok ga perlu bayar, kenapa?" tanya saya bingung sambil memegang uang 10 TL.
"Udah dibayar sama abang itu," kata si abang simit sambil menunjuk laki-laki di belakang saya.
Tambah bingung saya. Kenapa dia bayarin simit saya? ga kenal juga orangnya.
"Ini beneran dibayarin?" tanya saya ke si abang yang bayarin.
"Iya, udah dibayar. afiyet olsun (selamat menikmati)," katanya.
"Terima kasih banyak ya," ucap saya sambil tersenyum dan sedikit membungkuk (kebiasaan ini).
Pantesan tadi ada ibu-ibu yang nanyain jurusan bus...eh sama si abang ini ditawarin simit juga
Dan ternyata, orang-orang yang ngantre tadi semua simitnya dibayarin sama abang ini. Allah bereket versin, aamiin.
No comments:
Post a Comment