Ikutan Live


Tadi iseng ikutan live nya @atcs.kotabandung di instagram, yang mana sebelumnya ada notifikasi masuk ke hp bahwa akun tersebut sedang live. Ikutan nulis komentar juga. Eh, langsung tanggapi komennya sama admin.
Sudah beberapa kali menonton video-video singkat tentang peringatan pada pengguna jalan yang sedang di lampu merah perempatan. Lucu-lucu cara memperingatkannya. Saya mikir, apakah video itu beneran gitu? Ternyata emang bener. Bagus juga idenya.
Nah, kembali ke live tadi. Saya ikutan komen dua kali.
"Perempatan baltos min," begitu komentar pertama.
Admin menanggapi setiap komen yang masuk.
"Perempatan baltos? Itu mah perempatan tamansari," kata si admin. "Perempatan tamansari meriah," tambahnya.
Admin lanjut menanggapi komentar yang lainnya. Saya menulis komentar kedua, "Simpang dago gimana min?"
"Simpang dago meriah," kata si admin.
Meriah di sini mungkin maksudnya macet ya, Karena kedua daerah tersebut selalu macet berat hehe
Lumayan seru juga ikutan live nya. Adminnya aktif bener saat live, seperti komentator sepakbola 

Orang Baru


Setiap pagi, saya menunggu bus dengan orang yang sama. Tapi tadi ada orang baru. Entah dia ini orang baru pindah ke daerah ini, atau memang dia baru pertama kali naik bus.
Ketika saya datang ke halte, saya berdiri di dekat halte. Karena di sana tersinari matahari, itung-itung moyan kalo kata orang sunda mah. Di halte dingin, ga ada sinar matahari. Si mba (orang baru) ini mendekati saya dan menyapa. Saya balas sapaannya.
Dia nanya apakah saya mau ke daerah pasar jumat, saya jawab ya. Terus dia nanya rumah saya di mana, mulai kepo nih orang. Lalu dia bilang bahwa rumahnya daerah atas. Terus dia nanya ga ada libur kerjanya, aduh pengen tahu aja orang ga kenal juga. Pokoknya tipikal orang Turki kalo kepo seperti ini. Mungkin dia mencoba untuk ramah, tapi saya ga suka caranya. Saya jawabin pertanyaannya sambil ngebaca pesan di wa grup dan balas pesan messenger.
Waktu saya tanya mau ke daerah pasar jumat, dia jawab ya. Dan katanya dia mau ke RS (pemerintah). Tapi dia ga bilang kalo ini pertama kali naik bus di daerah ini. Saya pikir dia udah tahu harus naik bus yang mana dan turun di mana. Karena dia ga bilang dan ga nanya, jadi saya ga ngasih tahu.
Jam segitu, bus menuju sentrum (daerah pasar jumat) itu ada dua, nomor 5 dan 7. Namun, kedua bus ini berlainan rute. No 5 naiknya di seberang halte dan meluncur lansung ke bawah bukit. Sedangkan nomor 7, naiknya di halte dan bus ini melaju berlawanan dengan nomor 5. Bus nomor 5 datang lebih cepat dari nomor 7. Saya dan teman yang setiap hari nunggu bareng, naik bus ini. Si mba baru ini meskipun heran, ikut naik juga.
Di perempatan dekat daerah pasar jumat, banyak orang yang turun. Saya ngasih tahu ke si mba untuk turun, tapi dia menolak untuk turun. Saya pikir dia udah tahu di mana harus turun, jadi saya biarkan saja. Di halte terakhir, saya dan teman turun, si mba diem aja di dalam. Ketika saya nyebrang, saya lihat si mba turun juga. Kayaknya disuruh supir untuk turun, karena itu pemberhentian terakhir.
Sebelum ke toko, saya mampir dulu ke minimarket untuk beli camilan dan minuman. Ketika saya keluar, ehhh ketemu si mba lagi. Si mba nyamperin saya dengan wajah yang berharap dikasih tahu harus naik bus apa menuju RS.
"Tadi saya bilang kamu harus turun di sana," ucap saya agak kesal.
"Iya saya ga tahu soalnya, ini baru pertama kali," ucapnya dengan nada yang kecapean.
Deuhhh tadi kepoin saya bisa. Kenapa ga nanya tentang transportasi ke RS aja lebih bermanfaat.
Ketika hampir nyampe ke toko, saya bilang ke dia untuk jalan kaki ke main street dan di sana naik bus nomor 2. Dia pun berjalan menuju main street dan saya nyebrang menuju toko. Semoga aja dia ga salah naik bus dan ga kesasar, aamiin.

Cilok untuk Makan Malam



"Mau masak apa?" tanya suami waktu saya menelponnya setelah adzan maghrib.
"Mau bikin cilok," jawab saya.
"OK, nanti kita makan cilok," sambutnya.

Setelah salat maghrib, saya nguplek di dapur membuat cilok. Airnya menggunakan air rebusan tulang. Air rebusan tulang ini diberi irisan bawang putih dan daun seledri, sedap untuk dijadikan kuah cilok. Tentunya dengan sedikit daging yang melekat pada tulang beserta sumsum di dalamnya.

Setelah cilok matang, saya dan anak segera menikmatinya. Ketika suami pulang, saya pun menyediakan untuknya. Semua lahap makan cilok ini :D


Sebuah Pelajaran

Sebelum Ramadan, suami cerita tentang seorang abla teman kami. sebut saja abla A. Katanya si abla cerita kalau suaminya selingkuh. udah 2 ta...