Telur dan Tahu Krispi



Sepulang dari toko, saya meminta anak untuk memasak biber dolması (stuffed bell pepper). Anak segera merendam segelas beras dan menyiapkan bumbu-bumbu yang diperlukan. Ketika suami datang sekitar sejam kemudian, anak sedang mengisi bell pepper dengan beras yang sudah bercampur dengan bumbu-bumbu. Saya sedikit memberi bantuan untuk mempercepat kerjanya. Bell pepper yang sudah berisi dan tertata di panci, kemudian diberi air panas dan dimasak.

Sambil menunggu biber dolması matang, saya mengajak anak untuk membuat telur krispi. Dia exciting dengan menu baru ini. Saya kocok dua telur, lalu dimasak dadar. Kemudian saya siapkan dua mangkok kecil untuk meracik tepung dan maizena plus kaldu daging powder. Satu racikan dibiarkan kering, satu racikan lagi diberi air dan diaduk hingga kekentalan tertentu (tidak kental dan tidak encer).

Telur dadar dipotong seperti pizza. Satu per satu celupkan ke racikan basah lalu ke racikan kering, lalu digoreng. Telur dadar sudah habis, tapi racikan tepung masih tersisa. Saya pun mengambil dua potong tahu untuk dibuat krispi. Dua potong tahu tersebut, saya potong lagi menjadi beberapa potong segitiga. Satu per satu mengikuti seperti tahapan telur dadar tadi dan digoreng menjadi tahu krispi.

Saya dan anak menikmati telur dan tahu krispi ini sebagai makan malam dengan biber dolması. Sedangkan suami menikmatinya sebagai camilan karena dia sudah makan malam ngambil dari emaknya :)


Mengejar Pelangi

Sejak kemarin siang, hujan tak berhenti. Meskipun berhenti sebentar, terus nyambung lagi. Hingga pagi masih bersambung. Ketika saya keluar rumah sekitar 8:30-an, hujan sedang berhenti. Saya segera menuju halte untuk menunggu bus yang akan membawa saya ke pusat kota.

Saya duduk di halte sambil berkirim pesan dengan teman di Messenger. Sesaat sebelum bus datang, saya melihat lukisan yang sangat indah di ujung jalan sana. Saat itu, matahari bersinar terang dari timur dan gerimis (mengundang) membasahi tanah ini. Pancaran sinar matahari yang menembus rintik-rintik gerimis ini menghasilkan goresan warna warni di langit sebelah barat.

Indahnya...
Refleks, saya langsung mengoperasikan kamera di hp saya. Jepret dua kali, sudah tersimpan dua foto indah pelangi. Mau jepret lagi, bus keburu datang. Saya pun naik bus. Kosong melompong, cuma pak supir sendirian, ditambah saya, jadi dua orang. Kemudian bertambah penumpang di halte berikutnya dan berikutnya. Hingga akhirnya penumpang berjumlah 4 orang (termasuk saya), Dua perempuan dan dua laki-laki.

Sepanjang perjalanan, saya memperhatikan langit. Berharap melihat pelangi yang tadi belum sempurna. Ketika bus nyampe daerah sungai dan rumah-rumah villa, saya melihat pelangi itu lagi. Saya pun segera mengoperasikan kamera hp kembali. Setiap pelangi terlihat, saya langsung sibuk jepret jepret dari balik kaca jendela bus. Seorang bapak yang duduk di belakang, mentertawakan saya. Mungkin si bapak penasaran saya sedang motret apa, lalu dia pun melihat keluar dan melihat pelangi di sana.

"Bagus ya," ucap saya sambil tersenyum.

Saya lanjutkan kegiatan memotret pelanginya. Sesampainya di terminal, saya tetap memandangi langit. Pelangi pun terlihat dari sana. Kembali saya memotretnya untuk terakhir kali, kemudian saya berjalan menuju toko.

Pelangi di ujung jalan dekat halte
Pelangi di ujung jalan dekat halte

Foto dari daerah villa


Foto dekat SAK river

Foto depan SAK Park

Foto depan SAK Park

Foto dekat Anadolu hospital

Foto dekat Anadolu hospital

Foto depan Anadolu hospital

Foto depan Anadolu hospital

Foto dekat Anadolu hospital

Jepretan dari terminal

Foto dari terminal

























Tahu Goreng Tepung

 

Meskipun jauh dari tanah air, alhamdulillah masih bisa menikmati tahu :)

Tahu yang ini buatan mak Exsa Salman, juragan tahu tempe dari Gazipaşa. Selain mak Exsa, di Turki ada beberapa juragan tahu tempe yang saya kenal, Mak Isna Kurugül (juragan tahu tempe dari Afyon), mak Sri Zehra Ddc (juragan tahu tempe dari Ankara), dan mak Meily Aristia Ozdemir (juragan Warung Nusantara di Istanbul) juga mak Delfi Husein di Istanbul.

Beberapa hari lalu dikabari oleh mak Muthiya Rini kalo mak Exsa bikin tahu. Saya ikut pesan karena pengirimannya dianterin langsung toko.

Kemaren, mak Exsa datang nganterin tahu. Semalam langsung dieksekusi sebagian. Saya bikin tahu goreng tepung aja plus nasi goreng bawang putih. Jadi inilah makan siangku hari ini :D

Mari makan...Itadakimasu

Ensiklopedia Pramuka




Awal tahun lalu, diajakin oleh mba Hera Budiman untuk ikut berkontribusi dalam proyek Ensiklopedia Pramuka. Saya terima ajakan mba Hera, karena merasa punya pengalaman berPramuka. Waktu SD pernah aktif di Pramuka sampe Penggalang Ramu.

Untuk proyek ini, masing-masing penulis berkontribusi beberapa artikel. Saya mengambil 5 artikel saja, karena waktu itu lagi ikutan proyek lain juga. Dan saat itu masih bermodal tablet untuk menulis di toko.

Tahap pertama, kami briefing ide-ide untuk judul artikel yang akan ditulis. Setiap kotributor memberikan usulan-usulan judulnya. Setelah usulan judul terkumpul, diseleksi dan diedit oleh yang bertanggungjawab. Tahap kedua, masing-masing kontributor memilih beberapa judul artikel yang akan ditulisnya. Memilih judul-judul yang diusulkannya lebih baik. Tahap ketiga, menulis artikel berdasarkan judul-judul yang dipilih dengan deadline yang sangat mepet.

Alhamdulillah, buku ini telah terbit. Semoga yang kami tulis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya, aamiin.

Mola vs Kola

"Mola", dalam bahasa Turki berarti "istirahat". Sedangkan "kola" = cola.

Nah, jika melakukan perjalanan antar kota di Turki dengan menggunakan bus antar kota, maka kedua kata ini akan sering didengar oleh kita. Ketika bus akan melakukan istirahat di pombensin atau di terminal, maka pramugara bus akan mengumumkannya. "Mola 30 dakika" (istirahat 30 menit) misalnya si pramugara mengumumkan dengan mikrofon.

Begitu pun ketika akan membagikan minuman, si penumpang akan ditanya seperti ini, "Çay, Kola, Meyve Suyu, Kahve, Su?" (Teh, Cola, Jus buah, Kopi, Air).

Suatu waktu, kami melakukan perjalanan antar kota menggunakan bus. Saat itu si pramugara mengumumkan bahwa akan dilakukan mola. Saya yang kupingnya agak siwer, terdengarnya "kola". Otomatis saya nunggu-nunggu akan dikasih kola, tapi si kola tak kunjung dibagikan.

"Tadi katanya mau dikasih kola, tapi kok ga ada?" tanya saya pada suami.

"Bukan kola, tapi mola," jawab suami.

wkwkwkw :D

Eyes Watching Us


Hari ini langit cerah, meskipun berawan. Dalam foto di atas, terdapat awan yang menggumpal, membentuk seperti sepasang mata yang sedang mengawasi. Saya, segera mengabadikannya dalam foto :)

Suami Panik Bikin Kaget

Semalam, saya nonton film Jackie Chan yang berjudul The Foreigner di TV sambil tiduran. Saking ngantuknya, saya pun tidur beneran. Suami berkali-kali menyuruh saya pindah tidur ke kamar. Tapi saya bersikukuh kalau saya tidak tidur.

Akhirnya, ketika sedang iklan, saya dipaksa untuk tidur di kamar. Saya pun pindah tidur di kamar, sebelumnya salat isya dulu. Kalau pindah tidur begini, biasanya tidak bisa langsung tidur pulas. Saat saya sedang mencoba untuk tidur kembali, suami datang ke kamar dengan paniknya. "Dian...Dian...tolongin balikin ini," ujarnya panik sambil membawa laptop dan memperlihatkan taskbar-nya berpindah tempat, yang asalnya di bawah menjadi di samping kanang (memanjang atas bawah).

Saya sedang tidur, bangun karena kaget, otomatis nyawa saya belum ngumpul semua. Saya pun mencoba memindahkan taskbar ke tempat semula. Pikiran saya saat itu blank. Saya ga tahu harus gimana, tapi saya klik klik mouse aja. Lalu, saya drag taskbar tersebut ke tempat semula. Ya, that's it. Taskbarnya pun kembali di tempat semula.

"Kamu apain barusan?" tanya suami.
"Ya, digituin," ucap saya sambil memperagakan tangan dan saya kembali tidur.

Duhhhh taskbar pindah tempat aja panik gitu. Saya pikir file tesisnya kehapus. Soalnya pernah dia lagi ngedit tesisnya, terus belum sempat ngesave, ntah gimana itu file ketutup. Ilang deh hasil editannya.

Good Morning from Alanya



Hari ini matahari bersinar terang. Alhamdulillah, matahari masih sudi memberikan senyum hangatnya. Kemarin seharian matahari tertidur lelap, hujan seharian. Tapi, kemarin saya dan anak nekat pergi ke rumah mak Muthiya Rini. Sudah beberapa minggu rencana kami masak-masak gagal karena cuaca buruk, dan saya pun sempat sakit.

Kemarin, setelah dapat izin dari suami, kami pun pergi barengan diantar bapak mertua sampai ke perempatan rumah sakit di pusat kota, karena beliau akan pergi ke rumah sakit. Dari sana, suami jalan ke toko, saya dan anak sambung naik bus. 

Acara masak-masak masakan Indonesia berjalan lancar meskipun sambal taotjo ketinggalan di rumah heheh. Jadinya kami bikin nasi liwet, tumis sawi, ayam goreng, dan kerupuk, juga kolak pisang. Alhamdulillah nikmat.

Setelah salat asar, kami pulang dibarengi hujan gerimis yang lumayan deras. Mampir dulu di toko, ngasih sedikit makanan buat suami, kemudian lanjut pulang naik bus.

Pagi ini, subuh masih hujan. Nonton berita pagi, ada warning untuk hari rabu, diperkirakan akan terjadi badai seperti minggu lalu :(

Badai Pasti Berlalu

Saya bukannya akan mereview film atau pun lagu yang pernah ngehit di Indonesia. Tapi, saya akan cerita tentang badai di sini yang berlangsung kemaren sore hingga malam.

Benar adanya bahwa badai pasti berlalu, tapi akan menorehkan luka yang tak mungkin dilupakan. Begini ceritanya...

Menjelang asar, saya nongkrong di lapak si teteh. Langit semakin gelap, padahal sore juga belum. Cuaca semakin dingin, angin pun lambat laun bertiup kencang, ditandai dengan suara dedaunan bergemuruh ditiup angin.

"Kalau hujan sih gapapa, tapi kalau angin kencang saya takut," ucap si teteh mengomentari cuaca gelap. Saya manggut-manggut mendengar komentar si teteh.

Saya merasa kedinginan dan saya pun masuk ke toko untuk memakaikan syal ke leher saya. Tapi saya tidak kembali ke lapak si teteh, karena lapaknya sudah penuh orang.

Suasana terasa semakin mencekam, langit semakin gelap, dan turun hujan gerimis. Saat itu sudah adzan asar. Kemudian saya dibantu oleh anak menurunkan beberapa baju yang dipajang di luar, dan membereskan manekin-manekin yang berjajar di depan toko. Masing-masing saya pakaikan plastik dan semuanya saya dempetkan ke kaca depan. Pegawe toko sebelah pun segera menutupi sepatu-sepatu yang dipajang di depan dengan plastik terpal. Lalu menyuruh anak untuk segera salat asar ke mesjid.

Tidak lama dari itu, suami nelpon, "Badai besar sedang menuju ke sana. Kamu siap-siap. Beresin manekin-manekin. Daerah Kumluca udah porak poranda diterjang badai. Kasih tahu si teteh," ucap suami. Posisi suami di konaklı, berarti di tengah-tengah antara Kumluca dan Alanya.

Setelah menutup telepon , saya langsung memberi tahu si teteh.
"Badai besar sedang menuju ke sini," ucap saya
"Gimana donk, kita tutup sekarang?" tanya si teteh.
"Ya, tutup aja mendingan," jawab saya sambil berlalu ke toko.

Si teteh dibantu anaknya dan yang lainnya (yang berada di lapak), segera menutup lapaknya.

Sepulang saya dari salat di mushola, si teteh udah pergi. Ada teteh yang jualan sayuran hijau sedang santai aja berjualan di bawah payung besar. "Cepat tutup aja," ucap saya. Tapi si teteh ini tidak mendengarkan perkataan saya. Ternyata saya lupa memberi tahu teteh yang jualan cabe.



Badai yang dinanti pun datang. Si teteh yang jualan cabe bersama pegawenya sedang berusaha menutup lapaknya tapi hujan sangat deras dan angin bertiup kencang, si teteh dan pegawainya berteduh dulu di toko saya.

Si teteh yang jualan sayuran hijau pun sudah basah kuyup dan berteduh di toko saya.
"Kamu sih ga dengerin saya. Jadinya basah kan," ucap saya pada si teteh penjual sayuran hijau.
"Iya nih," sahutnya.

Tiba-tiba, langit menjadi terang. Badai terus berlanjut, hujan semakin deras bercampur dengan es. Sebelum maghrib, badai dan hujan berhenti. Saya pulang ke rumah naik bus pukul 19:00.

Sesampainya di rumah, saya nonton berita sambil menghangatkan badan di depan electric heater. Ada berita tentang badai di daerah Kumluca-Antalya. Diberitakan bahwa badai tersebut memakan 1 korban jiwa, seorang anak cewek berusia 13 tahun, innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Sepulangnya suami dari toko, kami membahas badai dan beritanya di tv. Btw suami lapar dan saya belum masak apa-apa. "Kamu masak apa?" tanyanya
"Belum masak. Kalau kamu mau makan, ke atas aja. Makan di rumah emak," jawab saya. "Saya mau masak untuk bekal besok," tambah saya.
Suami pun segera pergi ke rumah emaknya untuk makan. Dan saya segera ke dapur untuk memasak.

Selesai masak, saya makan dulu. Ketika suami datang, kami memutuskan untuk nonton film di laptop. Suasana di luar sangat mencekam. Angin kencang bergemuruh seakan berusaha mendobrak jendela. Petir dan geledek saling bersahutan. Hujan deras bercampur es, pletak pletok mengenai kaca jendela. Kami lanjut menonton film sambil menikmati ıhlamur tea. Saat film berlansung lebih dari setengahnya, listrik mati. Otomatis film pun berhenti karena koneksi wifi terputus. Kami pun tidur.

Pagi hari, saya nonton berita lagi. Ternyata badai di Kumluca kemaren sore itu, memakan 2 korban jiwa dan 1 orang hilang :(  innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Hingga pagi, hujan masih berlangsung deras. Ketika saya pergi menuju toko, hujan mereda dan hanya gerimis tipis tipis saja.




Film Mandarin vs Jeruk Mandarin

Semalam, ketika akan nonton film di laptop, terjadi percakapan seperti ini:
Suami: Kamu siapin laptopnya dan cari film yang bagus.
Saya: Ada film mandarin baru, kita nonton film ini aja.

Suami mikirnya saya ngomongin baru beli jeruk mandarin (bahasa turki: mandalina) di pasar sore tadi, dan dia pun nyari-nyari jeruk mandarin di dapur. Lalu, ketika dia duduk di sofa, terjadi percakapan seperti ini:
Suami: Kamu cuma beli jeruk mandarin? mana jeruknya?
Saya: Hah, saya ga beli apa-apa kok tadi di pasar.
Suami: Tadi katanya ada jeruk mandarin baru.
Saya: loh, tadi saya bilang ada film mandarin baru, bukan jeruk :D
wkwkwkw

Perbuatan Orang Gila?

Sehabis salat asar, ketika akan memakai jaket, saya melihat ada pecahan kaca berukuran kecil di bawah jaket saya. Saya singkirkan pecahan kaca tersebut ke arah tembok. Tapi, saya punya tisu di saku jaket. Jadi saya putuskan untuk mengambil pecahan kaca tersebut dengan tisu dan membuangnya. Daripada nanti bisa saja ada orang yang terluka akibat pecahan kaca ini.

Ketika saya sedang mencari pecahan kaca yang tadi saya singkirkan, datang si teteh pemilik toko di depan mushola. Dia menyapa saya dan bertanya apa yang sedang saya lakukan.
"Ini saya lagi nyari pecahan kaca. Tadi ada di sini," jawab saya.
"Pintu mushola (kaca) ada mecahin semalam. Tuh ada batu di situ," katanya sambil menyingkapkan gorden. Tapi batunya sudah tidak ada di situ.
"Oh, pantesan, tadi waktu solat duhur, saya lihat ada batako di situ," ucap saya.
"Iya, pake batu itu mecahinnya. Kami ganti kacanya. Terus divakum karpet ini soalnya pecahan kaca di mana-mana," kata si teteh.
"Hmm, kayaknya pecahan kaca ini sisanya. Siapa yang mecahin?" tanya saya.
Si teteh pun ga tahu siapa yang mecahin kaca pintu ini.

Duh, orang ga waras kayaknya yang mecahin kaca mushola. Kenapa juga berbuat seperti itu :(

Gigi Copot

Tadi pagi waktu sarapan chicken soup, gigi porslen saya copot. Langsung saya telpon suami untuk ngasih tahu dan minta pendapat apakah baiknya buat janji ke dokter gigi di poliklinik gigi untuk memasangkannya.
"Pasang ke dokter gigi yang ada di lantai atas aja. Saya telpon pemilik tea shop dulu untuk nanyain apakah dokter giginya sekarang ada di tempat atau tidak," kata suami.

Tak lama kemudian, suami nelpon ngaish tahu bahwa dokter gigi sedang ada di tempatnya. Tapi saya ga mau ke sana sendiri, pengen ditemenin. Coz dokternya cowok dan di tempat prakteknya sendirian, jadi saya merasa ga nyaman kalo sendirian ke sana.

Suami nelpon ke rumah, nyuruh anak datang ke toko untuk nemenin saya ke dokter gigi. Sesampainya anak di toko, anak disuruh nukerin duit dulu. Nuker duit dengan cara belanja sesuatu di minimarket :D
Coz ga tahu ntar bayar dokter gigi berapa, jadi siap-siap aja dulu duitnya.

Saya pernah ke dokter gigi ini beberapa tahun lalu. Waktu itu juga masangin gigi porslen yang copot ini. Tapi tempatnya lupa lantai berapa dan apartment yang mana, meskipun satu gedung dengan toko saya.

Karena lupa tempatnya, saya dan anak ke tea shop dulu untuk menanyakan tempatnya. Istrinya pemilik tea shop ngasih tahu, dan kami pun pergi ke dokter gigi tanpa diantar.

Sesampainya di sana, ketok pintu. Ketika dokter membuka pintu, saya langsung bilang bahwa gigi porslen saya copot. Saya pun memberikan gigi dalam bungkusan tisu. "Kamu istrinya yang punya toko baju di bawah ya?" tanya dokter.
"Ya," jawab saya.

Dokter langsung membersihkannya dan mengolesi perekat gigi. Kemudian dipasangkan kembali. Setelah selesai, saya membersihkan mulut di wastafel.

Sebelum pulang, saya tanya berapa harus bayar. "Ga usah bayar," jawabnya.
Tapi saya keukeuh pengen bayar. "Ya udah taro aja uang kecil di situ (meja)," ucapnya sambil menunjuk ke meja.

Saya pun menaruh 1 lembar uang di meja sambil mengucapkan terima kasih. Dan kami pun berlalu kembali ke toko.



Film Ngobrol



Ya, semalam, saya dan suami nonton film yang isinya ngobrol semua. Kami sebetulnya ingin nonton film action. Ketika search di youtube, suami menuliskan kata "katil" yang artinya "pembunuh". Nah, film yang kami tonton ini, judulnya "Katil" bla bla bla. Udah deh kami klik film ini.

Awalnya ada perempuan nelpon terus disambung dengan seorang lelaki yang menawarkan diri untuk mengantar dengan setting di Hong Kong. Si lelaki bilang kalau dia penulis, selain sebagai pegawai di salah satu kantor keuangan. Suami pun menebak-nebak akan terjadi pembunuhan dan scene pembunuhan itu ditulis oleh si lelaki. 

Kami menunggu akan ada aksi pembunuhan atau apalah yang sejenisnya, tapi tidak ada adegan itu atau pun sejenisnya yang mendekati. Kami pun sabar menunggu adegan aksinya. Tapi tak muncul adegan aksi sedikit pun. Ini film full mengobrol dengan akhir yang tidak puguh hu hu hu. Film ini diakhiri dengan adegan di dalam taksi yang mana kedua pemain wanita dan pria ini saling menatap dan tamat.

Hah, saya langsung tertawa terbahak bahak di tengah malam. Sedangkan suami ngomel ngomel karena dia sangat kecewa dengan judul filmnya. Entah siapa yang telah menulis film ini dalam bahasa Turki seperti itu. Kami benar-benar terjebak dengan judulnya.

Barusan saya searching film ini dengan menuliskan nama karakter wanita dan pria tersebut. Ternyata film ini berjudul "Already Tomorrow in Hong Kong".

Hadeuuhhh ga nyambung amat sih dengan pembunuhan wkwkwkw

Api Unggun


Hamparan salju di pinggiran jalan cukup membuat "orang kota" ini merasa senang. Ya, sudah 14 tahun tinggal di Alanya, baru kali ini bisa menikmati salju (kasian deh lu).
Ceritanya kami piknik di sini. Api unggun pun dibuat untuk menghangatkan badan, juga untuk barbecue.
Ternyata di tempat bersalju tidak sedingin yang dibayangkan. Toko saya lebih dingin dari tempat ini 

Salju di Hutan Alanya



Hari ini piknik ke hutan bertujuan untuk menikmati salju. Di pusat kota Alanya memang tidak ada salju. Tapi, jika berkendara sedikit minggir dari kota, masuk ke daerah hutan, kita bisa menikmati segubrak salju. Apalagi jika diteruskan berkendara hinga ke yayla (dataran tinggi), lebih banyak lagi saljunya.

Kami berhenti di pinggir jalan, di area yang cukup luas di pojokan jalan, menikmati salju di sini. Membuat api unggun untuk menghangatkan badan, juga untuk bakar ayam, lebih nikmat lagi 

Habis Gelap Terbitlah Terang

Setelah disapu sebagian


Sejak pagi matahari tidak menampakkan dirinya. Hujan dengan gigihnya membasahi tanah ini. "Semoga air kami bisa menjadi cadangan air di kala kemarau," harap hujan.

Hujan berhenti beberapa saat. Dilanjutkan dengan sang angin dengan badainya. Angin dan badai menerpa apapun yang dilewatinya. Menggugurkan dedaunan dari pohonnya.

Kemudian, hujan pun kembali datang. Kali ini bersama dengan angin dan badai, memeriahkan sore ini. Guguran daun-daun berserakan menjadi pemandangan setelahnya.

Tiba-tiba, sekitar pukul 16:30, matahari menampakkan dirinya. Sepertinya ia baru terbangun dari tidurnya. Sesaat ia memberi senyuman yang menghangatkan. Sesaat langit menjadi ceria.

Ya, habis gelap terbitlah terang. Saya pun harus menyingsingkan lengan untuk menyapu daun-daun yang berserakan ini :D

Setelah beres menyapu, badai pun berlanjut.

Semangat sore!

Cerita Jumat Ini

Menjelang siang, saya belanja sayuran dan buah di lapak-lapak yang berada di depan toko saya. Semua pedagang di lapak-lapak itu mengenal saya. Kalo misalnya saya ga beli apa-apa juga, suka dikasih satu dua biji untuk dimakan saat itu.

Si teteh tempat saya nongkrong ga datang, anak cowoknya yang gantiin (dia juga kenal saya). Jadi saya ga bisa nongkrong di situ. kemaren si teteh nelpon katanya dia lagi rumah sakit di Antalya, nemenin suaminya yang sedang pengobatan kanker.

Oh iya, back to cerita belanja.

Saya belanja pırasa (bawang perai) dan cabe hijau (manis) di anak si teteh. Karena udah kenal dan mungkin diinstruksi oleh emaknya, jadi dikasih diskon.

Terus beli portakal (orange) di lapak si teteh yang satu lagi (tukang jagung). Si teteh yang ini juga hari ini ga ada, cuman ada pegawenya (cowok). Si pegawe ini juga udah kenal saya, bahkan kemaren cerita kalo kakeknya dia ini sobatnya mertua saya. Waktu saya mau milih portakal di lapaknya, dia minta saya milih yang di belakang. "kamu sodara saya, makanya saya minta kamu milih yang di sini," katanya sambil membuka kasa portakal. Beres memilih, saya kasih portakal untuk ditimbang. "Berapa?" tanya saya tanpa melihat timbangan. "Seikhlasnya aja," jawabnya.

Terus, saya beli pisang. Bapak tukang pisang ini kenal dekat dengan suami saya. Bahkan, suami saya melakukan penelitian untuk tesis S2 nya di kebun pisang milik si bapak ini. Saya pilih pisang dan masukan ke plastik. Si bapak nambahin terus dikasih ke saya sambil bilang gini, "Ga usah bayar." 

Saya sih udah nyangka kalo si bapak ini ga akan mau dibayar. Dari tadi saya maju mundur mau beli pisang. "Kalo ngambil satu atau dua biji pasti dikasih. Tapi saya mau beli sekilo," gumam saya dalam hati sambil pergi ke lapak si bapak. Ehh tetep aja gratis.

Lapak pisang ini sebelahan dengan teteh tukang jagung. Kalo si teteh lagi ada dan si bapak pergi Jumatan, kadang saya ngobrol dengan si teteh sekalian ngebantuin kalo ada yang beli di lapak si bapak.

Alhamdulillah rezeki di pasar jumat ini.
Dan tadi ada anak turis yang lewat di depan nyapa saya bikin nyesss hati ini.
"Assalamualaikum," sapa anak turis yang tangannya dituntun oleh ibunya yang cantik dan berhijab. 
"Waalaikumsalam," jawab saya. Kami bertiga saling melemparkan senyum :)

Jarang-jarang ada anak turis menyapa saya seperti ini. Biasanya cuman senyum dan saya dadahin.

Itulah sepenggal cerita Jumat ini. Dan Jumat belum berakhir, semoga cerita menyenangkan akan berlanjut :D

Kantong Plastik Berbayar


Mengawali tahun 2019, Turki memulai dengan memberlakukan kantong plastik berbayar di supermarket dan minimarket. Yang mana hal ini sudah dilakukan di Indonesia sejak beberapa tahun lalu.
Kemarin, anak sudah bilang bahwa kantong plastik di minimarket harus bayar. Jadi, ketika dia membeli dua bungkus biskuit dibawa begitu saja (tanpa kantong plastik). Saya sudah tahu perihal ini dari berita yang saya tonton beberapa hari sebelum tahun baru.
Tapi, dasar pelupa. Sorenya saya pergi ke minimarket lain untuk membeli sponge dan kawat cuci piring serta cairan pembersih. Sampe di kasir, baru ingat kalau saya ga bawa tas belanjaan.
"Mau beli kantong plastik?" tanya kasir pada pembeli yang di depan saya.
mendengar pertanyaan kasir, baru dech ingat.
Saya pun mendapat pertanyaan yang sama dari kasir. Apa boleh buat, sekali ini saya membeli kantong plastiknya seharga 0,25 TL. Padahal di tas saya sudah tersedia kantong belanjaan yang saya bawa dari Indonesia. Juga, saya pernah diberi hadiah kantong belanjaan (yang dapat dilipat kecil) oleh teman dari Norwegia.
Semoga dengan "Kantong Plastik Berbayar" ini setidaknya dapat mengurangi penggunaan plastik

[Jual e-book] Aktivitas Seru Ramadan

Ramadan sebentar lagi... Kita sambut Ramadan dengan suka cita :) Ini lo ada ebook aktivitas yang seru untuk Ramadan. *** Aktivitas Seru Rama...